Thomas Frank dikenal sebagai pelatih yang cerdik dalam membaca permainan dan mencari solusi taktis. Kini ia dihadapkan pada tantangan paling kompleks dalam kariernya: membenahi Tottenham Hotspur yang penuh kontradiksi.
Ironi terbesar terjadi ketika ketua Daniel Levy kembali menunjukkan konsistensinya dalam memecat pelatih dengan memberhentikan Ange Postecoglou. Padahal pelatih Australia itu mempersembahkan trofi Liga Europa pertama klub dalam 17 tahun terakhir. Pencapaian itu ternyata tidak cukup untuk menebus hasil buruk di liga yang membuat Spurs tercecer di posisi ke-17.
Thomas Frank, sang pelatih Denmark berusia 51 tahun yang dikenal hangat dan karismatik ini, memilih meninggalkan kenyamanan dan stabilitas yang dibangunnya di Brentford untuk menerjang badai di Hotspur Way.
Keputusan ini penuh risiko mengingat reputasi Levy yang terkenal sulit dan karakter klub yang tidak mudah dikendalikan. Namun bagi Frank yang penuh kepercayaan diri, ini adalah langkah logis dalam perkembangan kariernya setelah kerja kerasnya di Brentford mendapat pengakuan luas.
Prestasi Frank membawa Brentford naik ke Liga Premier dengan gaya menyerang yang atraktif telah memikat Levy. Banyak pelatih top, termasuk Pep Guardiola yang enam kali juara Liga Premier, telah memprediksi bahwa Frank pasti akan mendapat tawaran dari klub besar.
BACA JUGA: Spurs Bidik Striker Brentford Bryan Mbeumo Usai Datangkan Frank
TANTANGAN
Tantangan menanti di Liga Champions sekaligus misi mulia membangkitkan kembali Spurs sebagai kekuatan utama Inggris. Yang jelas, mereka mendapatkan pelatih dengan grafik karier yang terus menanjak.
Meski karier pemainnya hanya sebatas level amatir di Denmark, Frank membuktikan diri sebagai pelatih berbakat. Jejaknya dimulai dari timnas muda Denmark, Brondby, sebelum menjadi asisten pelatih di Brentford pada 2016. Dua tahun kemudian ia mengambil alih kursi kepelatihan setelah Dean Smith hengkang ke Aston Villa.
Di Brentford, Frank membangun warisan yang mengesankan sehingga kepergiannya pasti akan menyisakan duka mendalam bagi para pendukung. Meski sebenarnya sudah lama diperkirakan.
Selama empat musim di Liga Premier bersama Brentford, Frank terus-menerus membuktikan para pesimis salah. Klub yang sempat diragukan kemampuannya bertahan justru selalu finis dengan nyaman – peringkat 13 pada 2021-22, lalu melompat ke posisi 9 musim berikutnya.
Musim 2023-24 sempat mengkhawatirkan dengan finis di posisi 16, tapi itu bisa dimaklumi mengingat ketiadaan Ivan Toney selama 8 bulan karena skorsing terkait masalah perjudian. Yang lebih mengesankan, Frank tetap mampu membangun lini serang efektif setelah Toney hengkang ke Al-Ahli Saudi, dengan mengandalkan duet Bryan Mbeumo (20 gol, 7 assist) dan Yoane Wissa (19 gol, 4 assist) yang spektakuler.
TESTIMONI
Jan Molby, legenda Liverpool asal Denmark yang sering menganalisis pertandingan Brentford, memberikan testimoni menarik tentang kemampuan Frank. “Dia melihat masalah dan memecahkan masalah. Itu adalah kekuatan hebat yang harus dimiliki oleh manajer mana pun.”
Molby yakin karakter Frank yang jujur dan gaya komunikasinya yang jelas akan membantu menghadapi tantangan awal di Spurs, baik dalam menyatukan skuad yang mungkin kecewa dengan pemecatan Postecoglou maupun meyakinkan para suporter.
“Para pemain akan menyukainya. Mereka akan menghargai kejelasan instruksinya, kepribadiannya yang hangat, dan kejujurannya. Thomas adalah komunikator ulung yang tidak perlu bermain sandiwara,” tegas Molby.
Sekarang semua tergantung pada bagaimana Frank menerjemahkan filosofinya ke dalam hasil nyata di lapangan. Tapi satu hal yang pasti: Spurs mendapatkan pelatih dengan segala kualifikasi yang dibutuhkan untuk pekerjaan rumit ini.