Tatjana Maria Ukir Sejarah di Queen’s Club, Hadapi Anisimova di Final

Tatjana Maria menyebut penampilannya di final WTA 500 Queen’s Club sebagai “mimpi yang menjadi kenyataan”. Hal itu ia lontarkan setelah mengalahkan Madison Keys dalam pertandingan semifinal yang menegangkan. Petenis berusia 37 tahun asal Jerman itu menjadi finalis tertua dalam sejarah turnamen ini.

Tatjana Maria, yang saat ini berada di peringkat 86 dunia, tampil gemilang dengan mengandalkan permainan slice yang mengacak-acak ritme Keys. Ia menang dua set langsung 6-3, 7-6 (7-3) atas petenis AS yang pernah juara Australia Terbuka itu.

“Anda harus terus maju. Anda tidak akan pernah bisa berhenti, tidak peduli bagaimana hasilnya,” ujar Maria setelah pertandingan. “Saya suka bermain tenis, saya suka olahraga ini dan kami hidup untuk momen-momen spesial ini—itulah mengapa ini luar biasa.”

Sebelum tiba di Queen’s, Maria mengalami sembilan kekalahan beruntun. Namun, ia berhasil membalik keadaan dengan mengalahkan tiga petenis top-20, termasuk unggulan teratas Elena Rybakina di perempat final.

Di seberang net, Amanda Anisimova juga menorehkan prestasi impresif. Unggulan kedelapan asal Amerika itu harus berjuang tiga set untuk mengalahkan Zheng Qinwen 6-2, 4-6, 6-4. Ini akan menjadi final lapangan rumput pertama bagi Anisimova, yang sedang dalam proses comeback setelah jeda singkat dari tur.

BACA JUGA: Max Verstappen Kritik Lingkungan Formula 1 yang “Mengganggu”

BUKAN PENGHALANG

Maria, yang pernah cuti dua kali karena hamil, membuktikan bahwa usia bukan penghalang. Pada 2022, ia mencapai semifinal Wimbledon hanya setahun setelah melahirkan putri keduanya. Kali ini, ia merayakan kemenangan bersama suaminya, Charles-Edouard, yang juga pelatihnya, serta putri sulungnya, Charlotte. Putri bungsunya, Cecilia, bahkan tertidur di kereta dorong saat sang ibu berlutut merayakan kemenangan.

“Saya tidak percaya, ini mimpi yang jadi kenyataan,” tulis Maria di lensa kamera usai pertandingan. “Saya tidak bisa mengharapkan turnamen yang lebih baik selain mencapai final dan saya sangat bangga.”

Keys, juara tiga kali di lapangan rumput Inggris, tampak frustrasi menghadapi variasi permainan Maria. Meski sempat ketat di set kedua, kesalahan krusial di tie-break membuatnya gagal memaksa set penentu.

Final nanti akan menjadi pertarungan antara pengalaman Maria dan kebangkitan Anisimova. Siapa pun yang menang, sejarah akan tercipta: Queen’s Club akan menyaksikan juara tunggal putri pertamanya dalam 52 tahun.

“Saya senang berada di sini bersama keluarga dan tim saya,” kata Maria. “Sungguh istimewa bahwa kami bisa mewujudkan mimpi ini bersama-sama.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Terbaru