Solskjaer Bicara Soal Manchester United dan Harry Maguire

Di Manchester United, Solskjaer pernah berusaha menghidupkan kembali semangat “menjaga semua orang” yang ia warisi dari era Sir Alex Ferguson.

Pendekatan itu ia bawa sejak langkah pertamanya kembali ke Carrington, setelah menerima telepon mendadak dari Ed Woodward pada Desember 2018. Saat itu, Woodward membutuhkannya untuk memulihkan semangat klub yang terkikis di akhir era Jose Mourinho.

Solskjaer memulai tugasnya dengan cara sederhana: membagikan cokelat kepada staf—kebiasaan yang ia pertahankan sejak masih menjadi pemain. Kath Phipps, resepsionis legendaris Manchester United, menjadi orang pertama yang menerimanya. Januari 2025 lalu, Solskjaer bahkan terbang khusus untuk menghadiri pemakaman Phipps, sebuah acara yang juga dihadiri banyak wajah lama klub.

Hari itu, seperti yang dirasakan banyak orang, seolah mempertegas jarak antara kepemimpinan United masa kini dan masa lalu.

Kami bertemu sehari setelah United mengalahkan Atletico Bilbao dan melaju ke final Liga Europa. Sorak-sorai untuk para pemain yang ia kenal dengan baik tercampur dengan pengakuan mengejutkan—terutama mengingat kedalamannya memahami klub ini dan nasihat yang bisa ia berikan, ditambah status legendarisnya sebagai pencetak gol kemenangan di Nou Camp 1999.

“Bagi saya, Harry [Maguire] selalu menjadi pemimpin dan pejuang,” kata Solskjaer. “Saya tidak pernah ragu saat saya mengontraknya dan saat dia masuk, dia akan menjadi kapten kami.”

“Ada kapten lain di sana, Bruno [Fernandes]. Mereka berdua adalah manusia-manusia hebat. Saya sangat bahagia untuk mereka tadi malam.”

“Mereka berdua dan Victor [Lindelof] mungkin satu-satunya yang masih berada di klub yang saya dengar kabarnya sejak saya pergi. Anda menginginkan yang terbaik untuk mereka.”

BACA JUGA: Ole Gunnar Solskjaer: Dari Manchester ke Istanbul, Sebuah Perjalanan Baru

PRINSIP

Ia tak mengatakannya secara terbuka—dan memang bukan karakternya untuk merendahkan orang lain, apalagi mengingat nilai-nilai yang ditanamkan orang tuanya dan yang ia pegang teguh sebagai suami dan ayah—tetapi jarak komunikasi itu terasa menyakitkan.

Namun, prinsip-prinsipnya tetap tak berubah. Beberapa menit kemudian, saat berjalan melintasi lapangan latihan Besiktas menuju kantor utama untuk makan siang, dua fans muda meminta tanda tangan dan foto. Tanpa ragu, ia memenuhi permintaan mereka. Bahkan, ia menghentikan Keny Arroyo, pemain sayap muda Ekuador yang baru bergabung dengan harga £6,4 juta, untuk memastikan pemain itu juga meluangkan waktu bagi fans.

Di Istanbul, jauh dari keriuhan Old Trafford, Solskjaer tetap menjadi pribadi yang sama: seorang pemimpin yang peduli, baik di dalam maupun di luar lapangan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Terbaru