Oklahoma City Thunder sukses keluar sebagai juara NBA 2025 setelah mengalahkan Indiana Pacers di partai final. Dipimpin oleh performa brilian Shai Gilgeous-Alexander, Thunder sukses menumbangkan Indiana Pacers 103-91 dalam Gim 7 Final NBA yang mendebarkan, mengunci gelar juara pertama mereka sepanjang sejarah waralaba.
Di tengah gemuruh sorak sorai pendukung yang memadati Paycom Center, nama Shai Gilgeous-Alexander menggema. Pemain berusia 26 tahun ini secara resmi dinobatkan sebagai Most Valuable Player (MVP) Final NBA 2025.
Meskipun akurasi tembakannya tidak seefisien biasanya, hanya delapan dari 27 percobaan dan dua dari 12 upaya tripoin, SGA tetap menjadi motor utama kemenangan Thunder. Ia membukukan 29 poin, 5 rebound, 12 assist, dua blok, dan satu steal dalam 40 menit krusial di lapangan. Angka-angka ini mencerminkan betapa integralnya kehadirannya bagi tim, bahkan di malam “off” sekalipun.
“Begitu banyak malam penuh keraguan, tapi juga malam-malam penuh keyakinan,” ujar Shai.
Musim 2024/2025 adalah anomali. Performa Shai yang luar biasa mencerminkan konsistensi Thunder di bawah asuhan pelatih Mark Daigneault. Tim ini mencatat rekor terbaik liga dengan 68 kemenangan di musim reguler, lalu menambah 16 kemenangan di babak playoff. Total 84 kemenangan ini menyamai rekor yang pernah dicetak Chicago Bulls era 1995–1997, pencapaian yang menempatkan Thunder di jajaran tim-tim legendaris.
BACA JUGA:Â Manchester City Lirik Cesc Fabregas sebagai Suksesor Potensial Pep Guardiola
SGA UKIR SEJARAH
Dominasi Shai tidak hanya terbatas di Final. Ia mengakhiri musim reguler sebagai pencetak angka terbanyak NBA dengan rata-rata 32,7 poin per gim, sekaligus terpilih masuk Tim Utama All-NBA untuk kedua kalinya. Puncaknya, ia menyabet gelar MVP musim 2024–2025, mengungguli nama-nama besar seperti Nikola Jokic.
Di babak playoff, SGA terus menjadi tulang punggung Thunder, memimpin tim melewati tiga ronde berat di Wilayah Barat. Ia juga dianugerahi penghargaan Magic Johnson sebagai MVP Final Wilayah, membuktikan kualitas kepemimpinannya di momen-momen genting. Di Final NBA, ia menjaga intensitasnya, mencetak rata-rata 30,5 poin per gim selama tujuh pertandingan melawan Pacers yang gigih.
Prestasi Shai Gilgeous-Alexander musim ini tak hanya sekadar gelar, namun telah mengukir namanya dalam buku sejarah NBA. Ia menjadi pemain keempat sepanjang sejarah yang berhasil menyapu bersih tiga gelar prestisius dalam satu musim: pencetak angka terbanyak, MVP musim reguler, dan MVP Final.
Daftar elite ini hanya diisi oleh nama-nama legendaris: Michael Jordan (empat kali), Kareem Abdul-Jabbar (1971), dan Shaquille O’Neal (2000). Bergabungnya Shai dalam kelompok eksklusif ini menegaskan statusnya sebagai salah satu talenta terbesar yang pernah ada di liga.
Pelatih Mark Daigneault tak henti-hentinya memuji anak asuhnya. “Dia tidak pernah berubah dalam situasi apa pun,” kata Daigneault, mengacu pada ketenangan dan kepemimpinan Shai di lapangan. “Ketika dia di lapangan, dia selalu hadir, tenang, dan penuh percaya diri.”
Menurut Daigneault, aura percaya diri Shai menular kepada seluruh tim. “Itu yang membuatnya spesial. Ia punya kemampuan luar biasa untuk tetap konsisten, bahkan saat kami sedang berada dalam tekanan tinggi atau di puncak performa,” pungkasnya.