Sepp van den Berg Akui Masanya di Liverpool Jadi yang Terburuk

Pengalaman Pahit

Kepindahan Sepp Van den Berg ke Liverpool dari PEC Zwolle pada usia 17 tahun di tahun 2019 justru berubah menjadi pengalaman pahit. Hanya mendapatkan empat penampilan di kompetisi domestik, ia kemudian ditempatkan di tim cadangan dan merasa terabaikan. Hidup sendirian di negeri orang, ia dilanda kesepian yang menggerogoti kondisi mentalnya. Situasi itu mencapai titik dimana ia kehilangan gairah untuk berlatih.

Bukan karena alasan itulah Van den Berg enggan kembali ke Liverpool di bawah Slot, mengingat kariernya justru sedang menanjak setelah membangun kembali kepercayaan diri melalui masa peminjaman di Preston pada paruh kedua musim 2020-21 dan musim berikutnya secara penuh.

Kenangan akan masa-masa di klub Championship itu terasa membebaskan jiwanya. “Menyelamatkan hidup mungkin terdapat berlebihan, tapi itu membuka pikiran saya kembali,” ujarnya. “Saya hanya menikmati bermain dan merasa berarti; merasa dihargai… sesederhana itu.”

Cedera pergelangan kaki serius yang dideritanya selama dipinjamkan ke Schalke pada 2022-23 memerlukan tindakan operasi dan hampir tujuh bulan masa pemulihan, namun pengalaman di Mainz justru membawa kemajuan, meski sistem “hierarkis” sepak bola Jerman membawa konsekuensi tak terduga.

“Saya bermain di setiap pertandingan Mainz, tapi karena usia saya masih 20, 21 tahun, sebelum setiap latihan saya harus memeriksa tekanan udara bola. Jika tidak tepat, saya harus mengempiskannya sendiri – bersama dua pemain muda lainnya,” ceritanya. “Setiap latihan, saya yang bertugas membawa bola dan pelindung mulut. Dan setiap usai latihan, saya juga yang mengembalikannya. Itu karena saya pemain termuda.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Terbaru