Penyerang timnas Swiss Ramona Bachmann terpaksa absen di Euro 2025 setelah mengalami cedera lutut krusial saat menjalani sesi latihan.
Bintang berusia 34 tahun yang pernah membela Chelsea ini telah mengoleksi 153 caps bersama negaranya dengan torehan 60 gol. Namun kini harus menjalani masa pemulihan panjang yang membuatnya gagal tampil di turnamen besar di tanah airnya sendiri.
Asosiasi Sepak Bola Swiss mengungkapkan cedera tersebut terjadi tanpa adanya kontak fisik dengan pemain lain. Pemeriksaan medis pada Kamis mengonfirmasi robeknya ligamen cruciatum anterior (ACL) di lutut kiri sang penyerang.
“Rasa sedih yang mendalam menyelimuti saya karena harus melewatkan Euro, terlebih ketika turnamen digelar di Swiss,” ungkap Bachmann dengan perasaan hampa.
Pemain yang telah tampil di dua edisi Piala Dunia dan dua kali Kejuaraan Eropa ini seharusnya memimpin serangan Swiss. Padahal selanjutnya mereka menghadapi Norwegia pada laga pembuka 2 Juli mendatang.
Di tengah musibah ini, FIFA mengumumkan akan mendanai penelitian mendalam mengenai kemungkinan hubungan antara fluktuasi hormon selama siklus menstruasi dengan tingginya kasus cedera ACL di sepak bola wanita.
BACA JUGA: Kisah Comeback Epik Santi Cazorla: Dari Jurang Cedera ke Final Promosi
NASIB SERUPA
Nasib serupa juga menimpa dua pemain muda berbakat, Ella Morris dari Inggris dan Mayzee Davies dari Wales. Mereka terpaksa absen dari kompetisi akibat cedera sejenis.
Bachmann yang dikenal sebagai salah satu legenda sepak bola wanita Swiss ini menghadapi tantangan rehabilitasi berat. Cedera ACL-nya menambah daftar panjang pemain top wanita yang harus absen lama, memantik diskusi serius tentang kebutuhan pendekatan medis khusus di sepak bola perempuan.
Untuk timnas Swiss, kehilangan Bachmann merupakan pukulan telak mengingat pengalaman dan produktivitasnya di lini depan. Pemain yang pernah meraih tiga gelar Liga Inggris bersama Chelsea ini diharapkan menjadi pemimpin di turnamen kandang sendiri.
Sementara itu, inisiatif FIFA untuk meneliti korelasi hormon dan cedera ACL dianggap sebagai langkah progresif. Beberapa studi awal memang menunjukkan bahwa fase tertentu dalam siklus menstruasi dapat meningkatkan risiko cedera ligamentum hingga tiga kali lipat pada atlet wanita.
Kasus Bachmann, Morris, dan Davies semakin menguatkan urgensi penelitian ini. Sekaligus mempertanyakan apakah protokol latihan dan pencegahan cedera saat ini sudah cukup mempertimbangkan aspek fisiologis unik pemain wanita.
Bagi Bachmann sendiri, ini mungkin berarti akhir dari impian terakhirnya untuk bersinar di turnamen besar, meski tekadnya yang terkenal baja bisa saja membawanya kembali ke lapangan di usia yang tak lagi muda.