Oleh peserta Liga Pundit: M Iqbal Harisuddin – @m_iqbalhrs
Setelah sukses menjuarai EURO 2024 pada musim panas lalu, Luis de la Fuente kini memimpin Spanyol melanjutkan perjalanannya menuju Piala Dunia 2026. Dalam kualifikasi Piala Dunia Zona Eropa, La Furia Roja berada di grup E, bersama tiga negara lainnya yaitu Georgia, Bulgaria dan Turki. Dalam dua pertandingan yang sudah dilakoni, Spanyol berhasil menyapu bersih semua laga dengan kemenangan, dan berhasil berada di puncak klasemen Grup E. Pada pertandingan ketiga ini, La Furia Roja akan menghadapi Georgia di bawah asuhan Willy Sagnol di Stadion Martínez Valero, Elche, Spanyol Minggu (12/10/2025), pukul 01.45 WIB.
Di bawah asuhan Willy Sagnol, Georgia tampil jauh lebih terorganisir dan berhasil lolos ke Euro 2024 lalu, yang merupakan pencapaian terbesar sepanjang sejarah sepak bola Georgia. Mereka juga membangun generasi emas baru dengan pemain kunci seperti Khvicha Kvaratskhelia yang berhasil mengangkat Trofi Liga Champions bersama PSG, Georges Mikautadze memiliki performa yang bagus bersama Villarreal, Giorgi Chakvetadze tumpuan Watford, dan Giorgi Mamardashvili yang sekarang menjadi tumpuan Liverpool di bawah mistar gawang.
Pada International break kali ini, La Fuente dan Willy Sagnol memanggil beberapa pemainnya untuk dua pertandingan yang akan datang, berikut list pemain dari Spanyol dan Georgia:


Sayangnya La Furia Roja harus tampil dihadapan publik sendiri tanpa pemain kuncinya seperti Rodri, Fabián Ruiz, Lamine Yamal dan Nico William yang harus absen karena cedera. Kabar terakhir datang dari Dean Huijsen harus meninggalkan kamp pelatihan Timnas Spanyol karena cedera otot saat latihan.
Sementara itu tim tamu juga harus datang tanpa diperkuat pemain bintang mereka seperti Khvicha Kvaratskhelia dan Giorgi Chakvetadze yang harus absen karena cedera.
Setelah meninjau kondisi terkini kedua tim serta sejumlah pemain yang absen, penting untuk melihat bagaimana performa keduanya sejauh ini di ajang kualifikasi. Data statistik dan catatan pertemuan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kekuatan relatif masing-masing tim.
Performa dan Rekor Pertemuan Kedua Tim
Dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Eropa ronde pertama, Spanyol membuka langkahnya dengan performa meyakinkan. La Furia Roja menyapu bersih dua laga awal dengan kemenangan, mengoleksi enam poin sempurna, mencetak sembilan gol, dan belum kebobolan sama sekali. Dua kemenangan itu masing-masing diraih atas Bulgaria (3–0) dan Turki (6–0) yang menunjukkan dominasi mutlak di bawah asuhan Luis de la Fuente.
Di sisi lain, Georgia tampil cukup baik dengan menempati posisi kedua klasemen sementara. The Crusaders mencatat satu kemenangan atas Bulgaria (3–0) dan satu kekalahan tipis saat melawan Turki (2–3), hasil yang menandakan bahwa Georgia tampil cukup produktif di lini serang, namun perlu memperkuat sektor pertahanan.

Klasemen Sementara Grup E Kualifikasi Piala Dunia Zona Eropa
(Sumber: Fbref)
delapan laga terakhir di semua ajang sejak 2012, La Furia Roja mencatat tujuh kemenangan dan hanya sekali kalah. Dalam tiga pertemuan terakhir saja, keunggulan Spanyol tampak mutlak: menang 4–1 di Euro 2024, 3–1 pada kualifikasi November 2023, dan 7–1 pada September 2023. Dominasi itu menunjukkan betapa besar jarak kualitas dan kedalaman skuad antara kedua tim, meski Georgia beberapa kali sempat mengejutkan lawan dengan serangan balik cepat mereka.
Dominasi historis Spanyol tak bisa dipungkiri, namun kondisi skuad yang pincang membuat La Fuente harus berpikir ulang soal komposisi terbaik. Maka perhatian kini tertuju pada bagaimana kedua pelatih akan menyusun starting line-up mereka menghadapi laga ini.
Starting Line-up


Prediksi starting line-up kedua tim
(Sumber: FotMob Lineup Builder)
Di atas kertas Spanyol diprediksi akan menggunakan formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1, La Furia Roja masih akan mengandalkan Unai Simon sebagai penjaga gawang. Di belakang, Le Normand sebagai bek tengah, yang berpotensi akan berduet dengan Vivian/Cubarsi. Praktis
| Cucurella yang memiliki performa bagus bersama Chelsea akan dipasang di bek kiri. La Fuente diperkirakan akan mempercayakan bek kanan kepada Pedro Porro. kemungkinan lini tengah akan dipercayakan kepada Trio Pedri-Zubimendi-Merino. Karena Rodri dan Fabián Ruiz cedera. Di lini depan, La Furia Roja cukup krisis pemain, Lamine Yamal dan Nico Williams yang biasanya jadi andalan di sayap harus absen karena cedera. | ||||||||||||
| Kemungkinan | yang | akan | mengisi | Trio | Lini | depan | Spanyol | adalah | Ferran | |||
| Torres/Olmo-Oyarzabal-De Frutos/Yeremy Pino. Sementara itu, Georgia di atas kertas akan diprediksi menurunkan formasi defensif 5-3-2. Mamardashvili akan menjadi andalan di bawah mistar. Goglichidze-Kashia-Lochashvili kemungkinan akan menjadi trio bek tengah di belakang. Sementara fullback akan diisi oleh | ||||||||||||
| Azarovi | dan | Kakabadze. | Di | lini | tengah | akan | diperkuat | oleh | trio, | |||
| Kocharashvili-Mekvabishvili-Gagnidze. | Dengan | cederanya | Kvarathsheila dan Giorgi | |||||||||
Chakvetadze, praktis lini depan akan diisi oleh striker Villarreal, Mikautadze dan Winger Saint-Etienne, Davitashvili. Willy Sagnol sebagai pelatih tidak akan mengambil resiko untuk bermain terbuka melawan Spanyol, mereka diprediksi akan bermain pragmatis dan mengandalakan serangan balik.
Berdasarkan prediksi susunan pemain tersebut, dapat diperkirakan bagaimana pendekatan permainan yang akan diterapkan oleh kedua pelatih.
Build-up dan Serangan
Meskipun baru dua tahun menangani Spanyol, La Fuente berhasil membawa La Furia Roja menjadi juara Euro 2024 dengan status 100% kemenangan tanpa terkalahkan. Pada kompetisi tersebut pemain-pemain Spanyol juga memborong banyak penghargaan. Diantaranya, Dani Olmo yang menjadi top scorer, Lamine Yamal menjadi pemain muda terbaik dan Rodri menjadi pemain terbaik. Bukan tanpa alasan pendekatan La Fuente memang terbukti efektif dalam kompetisi tersebut.
Dalam fase build-up La Fuente sering menggunakan formasi 4-1-2-3 atau 4-2-4 tergantung lawan yang dihadapi. Pada saat melawan Inggris di Final Euro, mereka memanfaatkan lebar lapangan untuk fase build-up, dua fullback mereka yaitu Carvajal dan Cucurella diplot di kelebaran maksimal, Rodri akan diplot sebagai single pivot di lini tengah, yang akan membuat dua gelandang lainya yaitu Olmo dan Fabián Ruiz bisa lebih naik. Kelebaran maksimal yang dibuat oleh dua fullback ini ditujukan untuk merenggangkan pressing Inggris dan membuat opsi umpan progresi.

Fase build-up Spanyol saat laga Final EURO 2024 (Sumber: Youtube Ruang Taktik)
Di babak pertama, Spanyol tampak beberapa kali buntu untuk menembus pertahanan Inggris. Maka pada babak kedua, pendekatan yang dilakukan La Fuente adalah melakukan rotasi posisi, ini akibat dari Inggris yang melakukan man-to-man marking, terlihat di klip berikut

Rotasi posisi antar pemain untuk memecah blok Inggris (Sumber: X @TheFlankerID)
Terlihat Fabián Ruiz drop ke kanan bawah, Zubimendi naik ke kiri atas, sementara Olmo bergerak ke arah kiri atas. Meskipun Inggris tidak terpancing dengan rotasi ini, namun mereka bisa membuat Fabián Ruiz melakukan umpan progresi dan membuat Olmo bebas di ruang antar lini. Pergerakan inilah yang menjadi awal gol pertama Spanyol ke gawang Inggris.

Pergerakan Fabián Ruiz yang menjadi inisiator
(Sumber: X @TheFlankerID)
Wide Rotation di sisi kanan akan memanipulasi blok Inggris. Kombinasi Fabián Ruiz, Carvajal dan Lamine Yamal akan membuat bingung pressing Inggris.

Kombinasi 3 pemain di sisi sayap, Fabian, Carvajal dan Yamal (Sumber: X @GauravAnlyst)
Pergerakan dari 3 pemain tersebut sangat dinamis, yang membuat Yamal mudah masuk ke sepertiga akhir pertahanan lawan. Inilah yang menjadi awal terjadinya gol petama Spanyol. Fungsi lain dari rotasi adalah membuat Spanyol memiliki struktur rest defends yang bagus untuk mencegah terjadinya serang balik cepat Inggris.
Dalam fase attacking, Spanyol sering menyerang melalui koridor sayap dengan dua winger mereka yang skillfull. Nico Williams dan Lamine Yamal tidak selalu menyisir area kelebaran, mereka sering melakukan inverted ke tengah saat pemain lain mengisi koridor sayap.

Nico William dan Lamine Yamal yang melakukan inverted ke tengah (Sumber: Youtube Ruang Taktik)
Selain itu winger mereka juga sering drop untuk membantu overload pemain lawan. Variasi lain dari permainan La Fuente untuk menembus pertahanan lawan adalah wingernya di beri kebebasan untuk melakukan rotasi posisi.

Rotasi posisi Yamal dan Nico di area yang sama (Sumber: Youtube Ruang Taktik)
Tampak di beberapa momen, Nico dan Yamal menyebrang ke sisi jauh. Sehingga terlihat winger mereka berada di satu area yang sama. Hal ini merupakan upaya Spanyol untuk mengacaukan man-to-man marking Inggris.
Pada pertandingan melawan Georgia nanti, Spanyol diprediksi akan tampil dominan meskipun harus kehilangan winger mereka karena cedera. La Fuente masih memiliki berbagai cara untuk mencetak gol. Contohnya saja pada Kualifikasi ini, Spanyol memiliki gelandang yang terlahir sebagai Striker yaitu Merino. Dalam dua laga awal kualifikasi Merino
berhasil mencetak 4 gol dari 1.6 xG(Expected Goal) ini berarti Merino sangat klinis di depan gawang lawan. (Sumber: FotMob)
Sementara itu, Pelatih kepala Georgia, Willy Sagnol, seringkali tidak populer di negaranya karena metode konservatifnya tetapi taktik inilah yang berhasil membawa Georgia ke turnamen EURO untuk pertama kalinya dalam sejarah. Georgia tampil cukup terorganisir di lini belakang. Menghadapi lawan yang lebih dominan dan kuat, Willy Sagnol akan memilih pendekatan bermain reaktif. Bertahan dengan Lowblock dan bermain dengan tiga bek tengah memberikan keamanan yang lebih baik di lini belakang.
Karena penyerang mereka eksplosif dan cepat dalam jarak jauh, sehingga mampu melakukan transisi cepat dan memulai serangan balik cepat. Penyerang seperti Mikautadze bisa sangat merepotkan lini belakang lawan apabila tidak diantisipasi dengan sempurna. Musim ini total Mikautadze telah mencetak 4 gol dan 1 asist disemua kompetisi–La Liga, Liga Champion dan Kualifikasi Piala Dunia. Jika tidak diantisipasi dengan baik, tidak mustahil bahwa gawang Spanyol mampu di jebol oleh skema serangan balik cepat Georgia.
Dominasi penguasaan bola tidak akan berarti tanpa keseimbangan di fase bertahan. Karena itu, pressing dan struktur pertahanan menjadi komponen penting yang turut menentukan sejauh mana efektivitas taktik kedua tim dapat berjalan.
Pressing dan Pertahanan
Pada saat out-off possesion, Spanyol sering melakukan highpressing secara kolektif di area lawan. Tampak di klip ini pressing di lini depan akan dilakukan oleh Fabián Ruiz, Dani Olmo dan Morata.

Shape Pressing Spanyol (Sumber: Youtube Ruang Taktik)
Setelah bola mampu dialirkan ke arah Walker, Nico Williams akan melakukan pressing ke arahnya, diikuti oleh Cucurella dibelakangnya. high pressing secara kolektif inilah yang sering membuat tidak nyaman lawan ketika melalukan build-up dari bawah. Memaksa lawan untuk melakukan umpan direct ke depan, dimana potensi kehilangan bola sangat besar ketika umpan tersebut tidak akurat.
Selain menggunakan high pressing, Spanyol juga melakukan counterpress saat kehilangan bola. Beberapa pemain tampak akan mengerubungi lawan untuk segera merebut bola kembali agar lawan tidak bisa melakukan counter attack.

Counterpress Spanyol (Sumber: Youtube Ruang Taktik)
Sementara itu, pendekatan yang dilakukan oleh Willy Sagnol saat menghadapi lawan yang lebih superior adalah bermain pragmatis, Georgia akan menggunakan shape bertahan dengan formasi defensif 5-3-2, seperti yang terlihat saat melawan Portugal pada gelaran Euro 2024. Mereka akan bertahan menggunakan lowblock rapat, tampak saat posisi bertahan bisa menggunakan 5-6 pemain di lini pertahanan.

Shape bertahan Georgia saat diserang (Sumber: Youtube BSTFM TV)
Dari laga ini, mereka berhasil mengalahkan Portugal dengan strategi counter attack cepat, winger-winger cepat mereka seperti Kvarathsheila dan Mikautadze menjadi andalan di lini depan. Ini bisa terlihat dari statistik yang dicatat dalam pertandingan tersebut dimana,
Georgia hanya memiliki 28% penguasaan bola, mampu menghasilkan 2 gol dengan hanya 7 shot. Mamardashvili juga tampil solid di laga ini dengan melakukan save sebanyak 5 kali.
Kenapa pertandingan ini yang menjadi sorotan? Karena pertandingan ini memperlihatkan bagaimana Georgia menghadapi tim yang lebih superior, mampu bertahan dengan solid selama 90 menit di tengah gempuran pemain-pemain Portugal.
Faktor yang membuat Georgia bisa bermain solid saat melawan Portugal ataupun sampai sejauh ini adalah tidak lepas dari faktor diluar lapangan. Skuad mereka kebanyakan berasal dari akademi yang sama yaitu Dinamo Tbilisi. Artinya mereka semua sudah saling mengenal sejak usia muda, dan itu telah menciptakan ikatan yang kuat dalam skuad Georgia.
“Saya yakin ini akan menjadi keuntungan besar bagi kami,” ujar pencari bakat asal Georgia, Mikha Gabechava, yang sebelumnya bermain untuk Dinamo Tbilisi, kepada FotMob
“Ini menciptakan keakraban yang luar biasa di antara para pemain. Tak hanya para pemain muda, bahkan para pemain senior pun pernah menjadi rekan satu tim di Dinamo Tbilisi. Hal ini memungkinkan kami memiliki tim yang terdiri dari 26 teman yang memiliki ikatan yang sama. Hal baiknya adalah semua orang memiliki hubungan yang baik satu sama lain, dan Anda tidak akan melihat kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 pemain mengisolasi diri. Ini adalah kelompok yang terdiri dari 26 teman yang siap saling membantu di masa sulit dan saling memberi semangat di dalam maupun di luar lapangan.”
Penutup
Pertandingan antara Spanyol dan Georgia nanti tidak sekadar menjadi ajang perebutan poin di kualifikasi, melainkan juga pertemuan dua filosofi permainan yang kontras. Spanyol tampil dengan pendekatan posisional yang terstruktur dan mengedepankan kontrol permainan, sementara Georgia mengandalkan kedisiplinan bertahan serta efektivitas transisi cepat.
Bagi Luis de la Fuente, laga ini merupakan ujian adaptabilitas di tengah keterbatasan skuad. Sedangkan bagi Willy Sagnol, pertandingan ini menjadi kesempatan untuk membuktikan bahwa pendekatan pragmatis masih mampu bersaing melawan sistem yang lebih mapan.
Pada akhirnya, hasil pertandingan mungkin akan bergantung pada efektivitas eksekusi, bukan sekadar rancangan taktik.
Prediksi Skor: Spanyol 3-1 Georgia
Spanyol Win: 70%
Seri: 20%
Georgia Win: 10%


