Air mata haru mewarnai momen bersejarah Paul Pogba saat ia resmi menandatangani kontrak bersama AS Monaco. Momen ini pun mengakhiri masa sulitnya akibat skorsing doping. Gelandang berusia 32 tahun itu menyebut momen ini sebagai “La renaissance” (kebangkitan kembali). Ini memberi sinyal kuat akan kembalinya sang bintang ke panggung sepak bola kompetitif.
Paul Pogba sempat terpuruk setelah menerima skorsing 18 bulan akibat tes positif DHEA—zat yang secara tidak sengaja dikonsumsinya. Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) menegaskan bahwa substansi tersebut hanya berpengaruh pada atlet wanita, namun tetes air mata Pogba saat konferensi penandatanganan menunjukkan betapa beratnya perjalanan rehabilitasinya.
BACA JUGA: Marc Guehi: Misi Liverpool Merebut Bek Andalan Inggris
Monaco menjadi babak baru sekaligus tantangan unik bagi Pogba. Ini akan menjadi debutnya di Ligue 1, meski ia sudah lama menjadi ikon timnas Prancis dengan 91 caps dan gol krusial di Final Piala Dunia 2018.
Dari empat gelar Serie A bersama Juventus, gelar Liga Europa dengan Manchester United, hingga trofi Piala Dunia, Pogba punya segalanya—kecuali konsistensi. Cedera dan kontroversi sempat mengubur bakatnya, namun Monaco mungkin menjadi kanvas terakhirnya untuk membuktikan bahwa ia masih bisa memukau dunia.
Dengan fisik yang tak lagi prima, Pogba harus mengandalkan visi permainan dan kepemimpinannya. Monaco, yang sedang membangun proyek ambisius, berharap sang maestro bisa menjadi motor tim sekaligus mentor bagi pemain muda.
Kini, semua mata tertuju pada Pogba. Apakah ini benar-benar kebangkitannya, atau sekadar epilog dari karier gemilang yang sempat ternoda? Jawabannya akan segera terungkap di Stadion Louis II.