Ole Gunnar Solskjaer: Dari Manchester ke Istanbul, Sebuah Perjalanan Baru

Ole Gunnar Solskjaer membagikan kisahnya selepas bergabung dengan tim asal Turki, Besiktas pasca melatih Manchester United. “Saya datang ke sini untuk menjauh dari orang-orang seperti Anda,” ujarnya sambil tertawa, sebelum menjelaskan leluconnya dalam bahasa Turki kepada staf klub yang hadir.

Suasana saat itu begitu cair, jauh dari kesan tegang yang sering melekat pada seorang manajer klub besar. Selama setengah jam berikutnya, Ole Gunnar Solskjaer berbicara tentang banyak hal—mulai dari jaraknya yang kini jauh dari Old Trafford, kejutan melihat Scott McTominay dijual, hingga kegelisahannya menyaksikan “keluarga” lamanya di Manchester United berjuang di papan tengah klasemen.

Namun, pikirannya kini tertuju pada tugas barunya. Minggu depan, ia akan menghadapi ujian besar: derby Istanbul melawan Fenerbahce yang dilatih Jose Mourinho. Pertandingan ini bukan sekadar persaingan lokal, melainkan pertarungan yang bisa menentukan nasib Besiktas di akhir musim.

“Itulah kesepakatan yang telah saya buat,” kata Solskjaer. “Itu lebih penting daripada tambahan uang. Jika kami berada di posisi ketiga, para pemain akan mendapatkan libur seminggu ekstra di musim panas.”

FENERBACHE

Fenerbahce sendiri sedang berburu gelar, tertinggal lima poin dari Galatasaray dengan lima laga tersisa. Mourinho tentu tak akan membiarkan timnya lengah. Di tengah tekanan ini, Solskjaer justru menemukan ketenangan.

Ini adalah pertama kalinya ia berbicara panjang lebar dengan media sejak dipecat Manchester United pada Oktober 2021. Seperti Mourinho, ia menjadi korban dari ekspektasi tinggi setelah finis sebagai runner-up musim sebelumnya.

Kini, Besiktas adalah rumah barunya. Tapi kenangan tentang United tak pernah benar-benar pergi.

BACA JUGA: Dongkrak Performa Barcelona, Hansi Flick Bakal Dihadiahi Kontrak Baru

“Man United adalah keluarga saya dan akan selalu menjadi bagian dari saya,” katanya.

“Dalam sepak bola, Anda tidak perlu merasa kasihan terhadap siapa pun karena kami beruntung, benar-benar 100% beruntung bisa bekerja di klub seperti ini.”

“Tetapi bagi saya, sulit untuk menontonnya karena keluarga Andalah yang sedang berjuang. Tidak pernah mudah untuk menontonnya di akhir pekan ketika Anda melihat klasemen.”

WAKTU

Ia menggelengkan kepala saat menyadari United kini berada di posisi ke-14 Liga Premier. Ketika ia dipecat setelah kekalahan 4-1 dari Watford, United masih berada di peringkat ketujuh. Dua bulan sebelumnya, mereka bahkan berada di posisi ketiga, hanya terpaut selisih gol dari Chelsea.

Kekalahan telak 5-0 dari Liverpool dan 2-0 dari Manchester City di Old Trafford—di mana skor itu sebenarnya masih bisa lebih buruk—menjadi pertanda bahwa akhir sudah dekat.

Butuh waktu lama baginya untuk kembali. Lalu, mengapa memilih Besiktas?

“Anda belum cukup lama berada di sini,” katanya sambil tersenyum.

“Klub ini fantastis. Saya berbicara dengan banyak orang tanpa melakukan apa pun untuk mengatasinya. Klub ini adalah satu-satunya klub yang saya ajak bicara dan membuat saya berpikir ‘saya ingin berada di sana’ karena ada begitu banyak potensi.”

“Anda merasakan identitas dan budaya di klub ini selaras dengan Anda; nilai-nilai tentang kejujuran, kerja sama komunitas. Kami adalah klub pertama di Turki yang bermain di luar negeri. Dalam hal ini, klub ini sangat mirip dengan Man United. Klub ini mengingatkan saya pada Man United saat saya masih di sana.” Dan kini, ia siap menulis babak baru.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Terbaru