Harus Sepurna
Ia menambahkan, “Tentu saja kami tahu kami harus sempurna hingga akhir musim untuk memiliki peluang, tetapi kami akan mencoba, dan jika kami berhasil, tentu saja luar biasa. Kalaupun tidak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin sampai akhir dan tetap bersemangat. Itulah semangat kami. Itu tekanan positif. Itu tidak membebani kami. Kami tidak stres karenanya. Kami hanya berjuang sekuat tenaga.”
Statistik empat balapan terakhir dalam satu setengah bulan ini sungguh mencengangkan. Setelah Grand Prix Belanda, Verstappen tertinggal 104 poin dari Oscar Piastri dan 70 poin dari Lando Norris. Kini, jaraknya menyusut menjadi hanya 40 poin dari Piastri, sementara selisih antara kedua pembalap McLaren sendiri tinggal 14 poin.
Sulit Percaya
Verstappen sendiri tampak sulit mempercayai transformasi yang terjadi. “Jika seseorang memberi tahunya setelah Zandvoort hal ini akan terjadi, saya akan mengatakan kepadanya bahwa dia idiot,” ujarnya.
“Tapi kami menemukan cara yang bagus untuk mobil ini. Sesederhana itu. Tentu saja, kami melakukan beberapa peningkatan pada mobil, tetapi kami hanya memahami mobil kami sedikit lebih baik, di mana kami ingin performanya lebih baik.”
Lonjakan 64 poin dalam empat balapan saja sudah berbicara banyak, namun proses pencapaiannya tak kalah mengesankan. McLaren sebelumnya mampu mengalahkan Red Bull sepanjang balapan musim panas di Eropa—sampai Grand Prix Italia awal September, ketika upgrade lantai dan sayap depan akhirnya memberi Verstappen keseimbangan yang didambakannya.
Sejak saat itu, Red Bull menjelma menjadi mobil tercepat. Hingga akhir pekan di Austin, kemajuan ini sempat dianggap hanya cocok untuk sirkuit tertentu seperti Monza, Baku, dan Singapura yang menuntut pengereman dan traksi optimal—bukan area kekuatan McLaren yang justru unggul di tikungan berkecepatan sedang.
Namun Austin membuktikan hal berbeda. Sirkuit “normal” ini bukan sekadar jalur berkecepatan tinggi seperti Monza atau sirkuit jalanan, melainkan rangkaian tikungan beragam yang justru dimenangi Verstappen kembali.
Dengan lima balapan tersisa—dua di antaranya sprint race—peluang gelar kelima berturut-turut kini terasa semakin nyata. Jika konsistensi ini dipertahankan, perhitungan kejuaraan bisa berakhir dengan cara yang tak terduga sebelumnya.