Situasi pelik tengah melanda Crystal Palace menyusul penundaan berkepanjangan keputusan UEFA mengenai partisipasi mereka di Liga Europa musim depan. Pihak klub semakin frustrasi dengan ketidakjelasan status mereka yang dinilai merugikan persiapan kompetisi.
Sumber internal mengungkapkan Crystal Palace telah mempersiapkan gugatan hukum sebagai antisipasi jika UEFA akhirnya melarang mereka berkompetisi. Akar masalahnya terletak pada aturan kepemilikan multi-klub (MCO) yang menjerat hubungan antara Palace dengan Lyon melalui figur John Textor.
Yang membuat pihak Palace geram adalah penundaan keputusan UEFA justru menguntungkan Lyon. Klub Prancis itu mendapat waktu tambahan untuk mengajukan banding atas degradasi mereka di Ligue 1 – suatu proses yang jika gagal akan membuka pintu Liga Europa untuk Palace.
“Kami merasa diperlakukan tidak adil dalam proses ini,” ungkap seorang sumber dekat manajemen Palace kepada BBC Sport. “Lyon diberi kelonggaran waktu untuk memperbaiki situasi keuangan mereka, sementara kami dihukum karena dianggap melanggar tenggat waktu 1 Maret.”
BACA JUGA: Neco Williams Buktikan Komitmen Jangka Panjang dengan Nottingham Forest
IRONIS
Ironisnya, kesepakatan penjualan 43% saham Textor senilai £190 juta kepada Woody Johnson pekan lalu justru dikhawatirkan membantu stabilitas keuangan Lyon. Textor sendiri telah mengundurkan diri dari dewan direksi Lyon, langkah yang dianggap sebagai upaya memenuhi persyaratan UEFA.
Di balik layar, Palace menegaskan mereka selalu patuh pada regulasi finansial. “Kami salah satu klub yang paling disiplin secara keuangan di Inggris,” tegas sumber internal. “Sangat ironis jika akhirnya kalah dari Lyon yang justru bermasalah secara keuangan.”
Nasib Palace kini bergantung pada dua faktor kunci: keputusan banding Lyon di pengadilan olahraga Prancis dan sikap akhir UEFA. Jika Lyon tetap di Ligue 1, mereka berhak tampil di Eropa. Sebaliknya, degradasi akan membatalkan lisensi Eropa mereka.
Namun ada skeptisisme kuat tentang kemungkinan Lyon benar-benar terdegradasi. Sebagai salah satu klub paling bergengsi di Prancis, penurunan mereka ke Ligue 2 dikhawatirkan akan memperparah krisis siaran Ligue 1 yang sudah kehilangan kontrak dengan DAZN lebih awal.
“Tidak ada yang ingin melihat Lyon terdegradasi,” kata seorang analis sepak bola Prancis. “Dampaknya terhadap nilai liga dan pendapatan akan sangat signifikan.”
Sementara menunggu keputusan akhir, Palace terjebak dalam ketidakpastian yang mengganggu perencanaan musim depan. Pelatih Oliver Glasner dikabarkan telah menyiapkan dua skenario berbeda – dengan dan tanpa kompetisi Eropa – untuk persiapan tim.
Yang pasti, kasus ini telah memicu debat serius tentang efektivitas regulasi kepemilikan multi-klub UEFA. Banyak pengamat menilai sistem saat ini justru menghukum klub yang taat aturan seperti Palace, sementara memberi kelonggaran bagi klub yang bermasalah seperti Lyon.