Kisah Tragis Seorang Ange Postecoglou di Nottingham Forest

Tekanan

Tekanan dari luar pun tak terhindarkan. Mereka yang berada di puncak klub terkejut betapa cepat dan ganasnya para penggemar menyerang Postecoglou. Saat Midtjylland unggul 3-1 dalam pertandingan Eropa pertama di City Ground dalam 30 tahun, sebagian tribun bergemuruh menyanyikan “kalian akan dipecat besok pagi” sementara Postecoglou berdiri di pinggir lapangan dengan tangan di atas kepalanya. Para penggemar menunggu sang manajer menuju terowongan untuk mencemoohnya.

Sebelum kekalahan di Newcastle, Postecoglou masih percaya diri menghadapi badai ini dan mengabaikan kebisingan yang telah terjadi hampir sejak pengangkatannya. Ia menikmati tantangan untuk membuktikan bahwa orang-orang yang ragu itu salah. Namun, segalanya menjadi terlalu keras. Meskipun ada simpati internal yang besar untuknya, ada juga perasaan bahwa kemenangan seharusnya tiba lebih cepat.

Tidak ada pihak di City Ground yang menginginkan kegagalannya, termasuk Marinakis, yang kini harus berganti manajer dua kali hanya dalam waktu lima minggu. Beberapa hal juga turut mempersulit situasi. Cedera yang dialami Murillo dan Ola Aina merobohkan fondasi pertahanan yang kokoh, sementara Chris Wood mengalami kemandulan gol. Beberapa hasil imbang, seperti melawan Burnley dan Real Betis, sebenarnya berpeluang menjadi kemenangan. Upaya Postecoglou dengan melakukan lima perubahan melawan Chelsea pun tidak banyak berpengaruh, meski kembalinya Taiwo Awoniyi setidaknya memberikan secercah harapan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Terbaru