Tuntutan Thomas Tuchel agar Inggris bermain dengan senyuman justru berbalik menjadi bumerang. Pelatih dan para pemain merasakan kemarahan dari pendukung setia mereka sendiri setelah menelan kekalahan memalukan dari Senegal.
Tepat satu tahun menjelang Piala Dunia 2026, performa buruk Inggris menjadi pertanda buruk bagi harapan mereka di turnamen tersebut. Jika ini terus berlanjut, Jerman harus bekerja keras untuk menciptakan keajaiban dalam waktu singkat.
Tidak ada rencana yang jelas, tidak ada identitas permainan, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan—bahkan bisa dikatakan terjadi kemunduran—sejak Gareth Southgate mengundurkan diri usai kekalahan dari Spanyol di final Euro 2024.
Inggris sempat mencatatkan momen-momen heroik di Euro 2024, seperti tendangan salto Jude Bellingham yang membawa kemenangan atas Slovakia. Namun, di bawah Tuchel, timnas Inggris tampak kehilangan kejutan-kejutan positif.
Era baru ini dimulai dengan kegagalan. Meski meraih tiga kemenangan atas lawan yang tidak terlalu kuat, Tuchel pasti terkejut dengan reaksi keras pendukung yang tetap bertahan di City Ground usai kekalahan 1-3 dari Senegal.
BACA JUGA: Manchester City Resmi Datangkan Tijjani Reijnders dari AC Milan
Reaksi Pendukung yang Tak Terbendung
Thomas Tuchel mungkin punya alasan untuk membela diri, seperti melakukan 10 perubahan dari kemenangan 1-0 atas Andorra dan status pertandingan ini sebagai laga persahabatan di akhir musim. Namun, kekalahan dari Senegal tetap menjadi momen yang menyakitkan dan mengkhawatirkan.
Inggris bermain buruk melawan Andorra, dan lebih buruk lagi saat dikalahkan Senegal. Pendukung sudah menyuarakan kekecewaan mereka terhadap arah tim di bawah Tuchel.
Suara kemarahan pecah saat Cheikh Sabaly mencetak gol ketiga Senegal di akhir laga, dan semakin menjadi-jadi saat wasit meniup peluit panjang. Tuchel ingin membawa perubahan setelah delapan tahun Southgate, tetapi apa yang ditunjukkannya sejauh ini justru memicu kekecewaan.
Tuchel membuat 10 perubahan untuk laga persahabatan ini, tetapi beberapa keputusannya sejak mengambil alih tim diragukan keefektifannya.
Pemanggilan kembali Jordan Henderson, yang akan berusia 35 tahun minggu depan, menimbulkan tanda tanya. Apakah Tuchel benar-benar kekurangan pemimpin di skuadnya? Gelandang Ajax itu tampil sebagai starter pertama sejak November 2023, tetapi kontribusinya minim.
Kyle Walker, yang berusia 35 tahun, juga tampil di bawah standar. Bek kanan itu menjadi pemain tertua yang membela Inggris sejak Frank Lampard pada 2014. Performanya yang buruk, termasuk kesalahan fatal yang mengakibatkan gol Senegal, menunjukkan bahwa waktunya di timnas mungkin sudah berakhir.
Tuchel tampaknya tidak yakin dengan kemampuan Trent Alexander-Arnold, memilih Curtis Jones sebagai bek kanan melawan Andorra dan Walker melawan Senegal. Sementara itu, Reece James justru ditempatkan sebagai bek kiri.
Berdasarkan performa terkini, Henderson dan Walker sepertinya tidak akan lagi menjadi bagian dari skuad Piala Dunia. Ivan Toney, yang dipanggil sebagai alternatif Harry Kane, hanya dimainkan di menit ke-88.
Dengan semua kebingungan ini, bulan madu Tuchel bersama Inggris sudah berakhir sebelum benar-benar dimulai. Tantangan besar menanti di depan.