Kekalahan Inter Milan dari Fluminense di Piala Dunia Antarklub bukan sekadar tersingkir dari kompetisi, tapi membuka kotak Pandora masalah di balik layar. Kapten Lautaro Martinez tak bisa menyembunyikan amarahnya, menyindir rekan-rekannya yang dianggap tak lagi memiliki komitmen.
“Pelatih memberi kami dorongan kuat, meski hari ini kami tersingkir. Pesannya jelas: siapa pun yang ingin bertahan harus bertahan, yang tidak ingin di sini harus pergi,” tegas Martinez. “Kami mewakili klub penting dan harus berjuang untuk tujuan penting.”
Meski Martinez tak menyebut nama, Presiden Inter Milan Bepe Marotta mengaku “membayangkan” sang kapten merujuk pada Hakan Calhanoglu. Gelandang Turki itu dikabarkan ingin pulang kampung, dengan Galatasaray sebagai tujuan utama. Namun, ada twist menarik: Simone Inzaghi, yang kini melatih Al Hilal, dikabarkan ingin bersatu kembali dengan mantan anak asuhnya itu.
Calhanoglu adalah pilar penting kesuksesan Inter di era Inzaghi, berkontribusi 40 gol/assist dalam 128 pertandingan. Kini, di Al Hilal yang baru saja mengalahkan Manchester City 4-3, Inzaghi ingin memperdalam skuatnya dengan pemain yang sudah ia kenal baik.
BACA JUGA: Drama Kepelatihan di Botafogo yang Berujung Pemecatan
Dilema Inter: Pertahankan atau Lepaskan?
Marotta bersikap realistis: “Ketika pemain tak lagi ingin di sini, itu hak mereka untuk pergi.” Namun, kepergian Calhanoglu akan menjadi pukulan berat bagi Inter yang masih berjuang menemukan konsistensi.
Sementara itu, kekalahan dari Fluminense—meski Inter diunggulkan—memperlihatkan masalah lebih dalam: semangat tim yang terkikis. Kritik fans yang mulai mempertanyakan masa depan tanpa Inzaghi semakin menambah tekanan.
Di tengah gejolak ini, satu hal yang jelas: Inter berada di persimpangan jalan. Apakah mereka akan mempertahankan pemain kunci dengan risiko ketidakstabilan, atau membangun ulang dengan pemain yang benar-benar berkomitmen? Jawabannya akan menentukan arah klub musim ini.