Impian Thomas Frank di Tottenham yang Berakhir dengan Getir

Strategi yang Berani, Hasil yang Nyata

Sepuluh menit pertama pertandingan menjadi gambaran jelas pendekatan Frank. Guglielmo Vicario beberapa kali melepaskan umpan lambung, menunjukkan keinginan Spurs untuk mempertahankan garis tinggi alih-alih bermain dari belakang. Gaya Postecoglou yang nekat memang menarik, tetapi 18 bulan terakhir—meski dihiasi gelar Liga Europa—membuktikan bahwa pendekatannya tidak cukup efektif.

Malam ini, Tottenham tidak tampil memukau, tapi hampir menang.

Postecoglou pernah dikritik karena mengabaikan persiapan bola mati. Ironisnya, kedua gol Spurs justru lahir dari situasi set-piece. Di bawah Frank, Brentford hanya kebobolan tiga gol dari bola mati di Liga Primer musim lalu—rekor terbaik di kompetisi. Sementara di sektor serang, hanya empat tim yang lebih produktif mencetak gol melalui set-piece.

Di Udine, Tottenham menunjukkan mereka akan menjadi ancaman serius dari bola mati musim ini.

“Kami harus melakukan sesuatu yang berbeda melawan PSG,” kata Frank. “Ini operasi khusus. Hasil 2-2 sebenarnya bisa diterima—bahkan satu gol pun sudah bagus. Kami bermain lebih langsung karena tahu bisa melukai mereka. Bola mati selalu jadi fokus, tapi tekanan tinggi juga non-negosiable.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Terbaru