Di usia yang baru menginjak 22 tahun, Harvey Elliott berada di persimpangan jalan penting dalam kariernya. Gelandang Liverpool ini secara terbuka mengungkapkan dilemanya antara tetap setia pada klub yang dicintainya atau mencari kesempatan bermain lebih reguler di tempat lain.
“Saya sudah berusia 22 tahun, dan musim depan akan 23. Saya tidak ingin menyia-nyiakan tahun-tahun dalam karier saya yang sebenarnya pendek,” ujar Harvey Elliott dengan nada serius.
Statistik musim lalu memang menimbulkan tanda tanya besar. Dari 28 penampilan di semua kompetisi, hanya 6 kali ia menjadi starter, dengan total 822 menit bermain. Angka ini jauh menurun dibanding musim 2023-24 ketika ia tampil 53 kali dengan 27 kali sebagai pemain inti.
“Saya perlu merenung. Apakah saya puas dengan perkembangan saya? Karena itu yang terpenting,” tambah pemain yang bergabung dengan Liverpool dari Fulham pada 2019 ini.
Kedatangan Arne Slot sebagai manajer baru seharusnya membawa angin segar, tetapi Elliott justru lebih sering duduk di bangku cadangan. Dua kesempatan starternya berakhir dengan kekalahan melawan Chelsea dan Brighton – setelah Liverpool sudah memastikan gelar juara.
BACA JUGA: Uriah Rennie, Pelopor Wasit Kulit Hitam di Sepak Bola Inggris
SITUASI RUMIT
Faktor lain yang memperumit situasi adalah rumor transfer Florian Wirtz dari Bayer Leverkusen. Kehadiran gelandang serang Jerman itu akan semakin mempersulit Elliott mendapatkan tempat di starting XI.
“Tidak ada yang membuat saya ingin pergi. Saya mencintai klub ini, para penggemar, dan tim. Tapi yang utama adalah apa yang terbaik untuk karier saya,” tegas Elliott, mencoba menyeimbangkan antara loyalitas dan ambisi.
Cedera patah kaki yang dialaminya September lalu memang menjadi batu sandungan. “Setelah cedera, selalu sulit. Saya berharap dapat lebih banyak kesempatan, tapi sepak bola adalah sepak bola,” ujarnya filosofis.
Momen indah datang saat ia mencetak gol kemenangan di menit akhir melawan PSG di Liga Champions Maret lalu. Sayangnya, itu tidak menjadi titik balik yang diharapkan. “Saya pikir itu akan membuka kesempatan untuk starter, tapi keputusan ada di tangan bos,” ucap Elliott tentang Jurgen Klopp.
Kini, dengan persiapan Euro U-21 bersama Inggris, Elliott memiliki waktu untuk merenungkan masa depannya. Keputusannya akan menentukan apakah ia akan menjadi legenda Anfield atau memulai babak baru di tempat lain.
“Saya hanya ingin menjadi versi terbaik diri saya,” pungkasnya. Sebuah pernyataan sederhana yang menyimpan pergulatan batin seorang pemain muda di persimpangan karier.