Lapangan Philippe Chatrier menjadi saksi peralihan era yang dramatis ketika Jannik Sinner mengakhiri dominasi Novak Djokovic. Laga itu tersaji dalam semifinal Prancis Terbuka yang menegangkan. Kemenangan 6-4, 7-5, 7-6(7-3) sang petenis Italia ini tidak hanya menghentikan ambisi Djokovic meraih gelar Grand Slam ke-25, tetapi juga menandai dimulainya babak baru dalam tenis putra.
Pertandingan ini diwarnai momen emosional ketika Djokovic meletakkan tas raketnya di tanah liat sembari melambaikan tangan penuh perasaan kepada penonton Paris. “Ini bisa jadi pertandingan terakhir saya di sini,” ujar legenda Serbia itu, meninggalkan tanda tanya besar tentang masa depannya di Roland Garros.
Di sisi lain, Carlos Alcaraz dengan mudah melangkah ke final setelah lawannya, Lorenzo Musetti, mengundurkan diri karena cedera di set keempat dengan skor 4-6, 7-6(7-3), 6-0, 2-0. “Ini tidak pernah adil. Saya ingin menang, tetapi tidak seperti ini,” kata Alcaraz dengan nada kecewa, meski kini ia berkesempatan mempertahankan gelarnya.
BACA JUGA: Jorginho Tutup Babak Eropa, Resmi ke Brasil dengan Flamengo
Era Baru
Final yang dinanti-nanti antara dua bintang muda tenis ini akan menjadi pertemuan pertama mereka di ajang Grand Slam. Sinner, yang baru saja kembali dari skorsing tiga bulan akibat kasus doping, membuktikan diri sebagai petenis nomor satu dunia sejati. Terbukti ia bermain dengan permainan agresif dan mental baja. Sementara Alcaraz, dengan gaya permainan dinamisnya, siap mempertahankan tahta tanah liatnya.
Pertandingan melawan Djokovic menunjukkan betapa Sinner telah berkembang menjadi pemain komplet. Dari duel baseline, drop shot, hingga serve-volley, ia mampu menetralisir semua strategi sang juara 24 kali Grand Slam. Djokovic sendiri tampak frustrasi, beberapa kali berdebat dengan wasit dan menatap langit ketika pukulannya terus meleset.
Meski sempat mendapatkan perawatan untuk cedera kaki kiri di set ketiga, Djokovic tetap menunjukkan jiwa pejuangnya. Namun, Sinner yang dingin dan terkendali berhasil menahan tekanan. Ia juga menyelamatkan tiga set point di game kesepuluh sebelum akhirnya menutup pertandingan melalui tie-break.
Final Minggu ini bukan sekadar pertarungan gelar, melainkan simbol peralihan generasi. Dua pemain muda yang sama-sama berbakat ini siap menorehkan sejarah baru di tanah liat Paris, sementara era Djokovic mungkin perlahan mulai memudar. Satu hal yang pasti: tenis dunia sedang menyaksikan kelahiran rivalitas baru yang akan mewarnai tahun-tahun mendatang.