Telah dinanti selama seabad lebih, laga kandang pertama Crystal Palace di kompetisi Eropa ternyata berakhir pilu. Kekalahan dari AEK Larnaca memaksa manajer Oliver Glasner berujar, “mungkin seluruh lingkungan membutuhkannya untuk tetap rendah hati.”
Suasana gegap gempita telah menyambut Kamis malam itu. Selhurst Park untuk pertama kalinya dalam 101 tahun menjadi arena laga Eropa. Stasiun kereta Selhurst riuh, tribun penuh sesak, suara para pendukung menggema menyanyikan nama Glasner dan mengingat kemenangan Piala FA musim lalu. Sesaat sebelum kick-off, tifo megah terpampang—terinspirasi serial Dad’s Army—menggambarkan perjalanan Palace menuju final Liga Konferensi di Leipzig, dengan tulisan teguh: “kami adalah anak-anak lelaki yang akan memenangkan permainan kecilmu.”
Benteng Selhurst selama ini kokoh. Crystal Palace tak pernah kalah di kandang sendiri sejak Februari di semua kompetisi. Tapi malam itu, permainan mereka tak sehebat ekspektasi. Meski menciptakan 15 peluang, hanya satu yang mengarah tepat ke gawang. Tendangan voli melengkung Jean-Philippe Mateta di babak pertama membentur mistar. Eddie Nketiah, yang masuk sebagai pemain pengganti, seharusnya menyamakan kedudukan dalam serangan balik—tapi ia gagal menuntaskan bola liar dari jarak lima meter.
Di tengah kekecewaan itu, Glasner mencoba melihat sisi lain. “Anda selalu diberitahu ketika Anda bermain di Liga Premier, Anda memenangkan Liga Konferensi,” kata bos Palace. “Tetaplah rendah hati. Saya tidak tahu apakah ada debutan yang bisa memenangkan kompetisi. Saya rasa tidak ada. Kami akan belajar darinya, para pemain akan belajar. Ini mengecewakan, malam yang membuat frustrasi, tetapi mungkin seluruh lingkungan membutuhkannya untuk tetap rendah hati.”
BACA JUGA: Eksekusi Penalti Aston Villa Semakin Mengkhawatirkan


