Ketika Wales terakhir kali bertanding di Liechtenstein 16 tahun lalu, mereka harus bermain tanpa Craig Bellamy. Saat itu, penyerang Manchester City tersebut menjalani hukuman larangan bermain akibat dua kartu kuning yang ia terima.
Akhir pekan ini, Wales kembali ke negara kecil di Pegunungan Alpen tersebut untuk laga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Namun lagi-lagi Bellamy tidak bisa mendampingi tim dari pinggir lapangan.
Kini sebagai pelatih kepala, ia kembali terkena sanksi setelah mendapatkan kartu kuning karena protes berlebihan—situasi yang mirip dengan yang terjadi pada 2009.
Transformasi Bellamy dari pemain yang dikenal temperamental menjadi pelatih dengan pendekatan analitis sering dibahas. Namun, fakta bahwa sedikit sifat ‘berapi-api’-nya masih tersisa tampaknya memberi warna tersendiri.
BACA JUGA: Craig Bellamy Tak Mau Wales Terjebuk dalam Jebakan Liechtenstein
Akibat akumulasi dua kartu kuning untuk sikap tidak sportif sepanjang kualifikasi ini, Bellamy harus menyaksikan laga dari tribun di Vaduz, setelah insiden dalam kekalahan dari Belgia bulan lalu. Kebiasaan lama memang sulit hilang.
“Saya selalu iri dengan beberapa cabang olahraga lain yang memperbolehkan lebih banyak ekspresi, tapi saya paham sepak bola berjalan dengan caranya sendiri,” ujar Bellamy.
“Dulu, ketika saya masih bermain, saya tak pernah benar-benar mengerti apa yang diteriakkan pelatih dari pinggir lapangan. Jadi mungkin sekarang saya justru akan menikmati menonton dari atas, karena bisa melihat pertandingan dari sudut pandang berbeda.”
“Kami sudah menyiapkan semua skenario. Kalau terjadi sesuatu, staf pelatih kami sangat kompeten dan bisa berkomunikasi lebih baik daripada saya. Jadi saya sama sekali tidak khawatir.”


