Sejak kedatangannya di NBA lima musim lalu, nama Zion Williamson selalu diiringi janji besar dan potensi luar biasa. Namun, alih-alih kisah kesuksesan yang mulus, perjalanan bintang New Orleans Pelicans ini justru dipenuhi liku-liku cedera yang seolah tak berkesudahan, ditambah badai kontroversi terbaru di luar lapangan.
Selama lima musim, Williamson hanya tampil dalam 214 pertandingan. Angka ini adalah cerminan betapa cedera telah menghancurkan tidak hanya kariernya, tetapi juga ambisi organisasi Pelicans.
Padahal, ketika ia mampu berada di lapangan, Zion adalah salah satu pemain paling dominan di liga. Bahkan, ia adalah pemain pertama yang mencatatkan rata-rata 25 poin atau lebih per pertandingan sebelum usianya menginjak 21 tahun. Statistik ini adalah bukti nyata dari bakatnya yang langka, sebuah kekuatan yang tak terhentikan di bawah ring.
BACA JUGA:Â Revolusi Taktik Xabi Alonso di Real Madrid: Dari Tiga Bek ke Filosofi Kolektif 4-3-3
Musim 2024/25 menjadi secercah harapan. Zion berhasil mencatatkan rata-rata 24,6 poin dan 7,2 rebound per pertandingan dengan efisiensi tembakan 56,7%, termasuk dua triple-double pertamanya dalam karier. Penampilannya yang mengesankan ini kembali memicu optimisme, seolah-olah ia telah menemukan kembali sentuhan terbaiknya setelah perjuangan panjang melawan cedera.
Namun, badai lain menerjang setelah Williamson dituduh melakukan pemerkosaan dan pelecehan dalam gugatan perdata yang diajukan di Pengadilan Tinggi Los Angeles oleh seorang wanita tak dikenal yang mengaku sebagai mantan pacarnya pada Mei lalu.
Meskipun tim hukum Williamson telah membantah tuduhan tersebut dengan keras, insiden ini jelas menjadi pukulan telak. Bagi sebuah tim olahraga profesional, citra dan stabilitas pemain adalah aset tak ternilai.