Tantangan Unik
Meski MLS sering dianggap sebagai liga yang lebih mudah dijadikan tujuan akhir karier, kompetisi ini sejatinya memiliki tantangan unik dan tidak selalu mudah diadaptasi. Beberapa bintang Eropa lainnya justru gagal beradaptasi dan bahkan cenderung memperburuk performa tim. Namun sejauh ini, Son berhasil menggabungkan euforia sebagai rekrutan besar dengan performa gemilang di lapangan hijau.
Kehadiran Son sering dibandingkan dengan Carlos Vela, yang menjadi tulang punggung waralaba ini sejak musim perdana MLS 2018. “Sangat sebanding,” ujar Dave Denholm, penyiar radio veteran yang mengomentari pertandingan LAFC. “Vela harus luar biasa, baik di dalam maupun di luar lapangan, dan memang begitu. Son telah melakukan hal yang persis sama, yang saya pikir tidak akan mungkin dilakukan LAFC untuk waktu yang lama. Itu adalah perekrutan yang sempurna.”
Sama seperti Vela yang merepresentasikan komunitas Meksiko yang besar di kawasan California barat daya. Son juga menjadi representasi populasi Korea yang signifikan di Los Angeles. “Saya berani bilang komunitas Korea berada di urutan kedua setelah komunitas Meksiko di kota Los Angeles,” jelas Trebor Tracy, pemilik situs penggemar Los Angeles FC, Angels on Parade. “Salah satu kelompok suporter terbesar [The Tigers] adalah kelompok suporter yang mayoritas berasal dari Korea, dan mereka selalu menjadi bagian penting dari budaya yang dibangun di sini untuk LAFC. Jadi, ketika kami akhirnya merekrut Son, itu adalah momen penting bagi mereka. Itu adalah perpaduan antara pemain yang sangat bagus dan yang sudah mendapatkan hati masyarakat saat mereka datang.”
Mereka yang menantikan dengan penuh harap penampilan Son di Los Angeles tidak hanya tidak kecewa, melainkan justru dikejutkan dengan performa yang melampaui ekspektasi. Dengan delapan gol dan tiga assist dalam sembilan laga pertama, Son Heung-min telah menjawab semua keraguan tentang kemampuannya beradaptasi dengan MLS.