Ange Postecoglou: Kontradiksi Prestasi dan Tantangan di Tottenham

Suasana riuh mengiringi parade kemenangan Tottenham Hotspur sebagai juara Liga Europa, trofi pertama mereka dalam 17 tahun terakhir. Namun, di balik sorak-sorai penggemar, tersimpan ironi yang tak terbantahkan: musim domestik yang hampir berujung bencana.

Ange Postecoglou, sang arsitek kemenangan Eropa ini, justru berada di ambang pemecatan hanya beberapa pekan sebelumnya. Tottenham menutup musim Liga Premier di posisi ke-17, hanya tiga tempat di atas zona degradasi. Performa buruk itu memicu rumor bahwa manajemen klub telah mulai mencari penggantinya.

Namun, di tengah keraguan itu, Postecoglou justru disambut bak pahlawan oleh ribuan fans yang memadati jalan-jalan London Utara. Dari atas bus terbuka, ia melemparkan kalimat penuh teka-teki:

“Semua serial TV terbaik, musim ketiga lebih baik daripada musim kedua.”

Ucapan itu langsung disambut gemuruh sorak pendukung, seolah mengisyaratkan keyakinan mereka pada proyek jangka panjang pelatih asal Australia itu.

Kemenangan di Liga Europa bukan sekadar mengakhiri puasa gelar, tapi juga membawa Spurs kembali ke Liga Champions musim depan – sebuah pencapaian yang kontras dengan kegagalan mereka di kompetisi domestik.

BACA JUGA: Perburuan Florian Wirtz: Dua Kekuatan yang Bertarung

JANJI

Postecoglou sebenarnya sudah memberi janji sejak awal musim.

“Saya selalu menang di tahun kedua saya. Tidak ada yang berubah. Saya tidak mengatakan sesuatu kecuali saya mempercayainya,” tegasnya pada September lalu.

Janji yang sempat menjadi bahan ejekan saat Tottenham terpuruk di papan tengah klasemen. Tapi di atas panggung perayaan, sang manajer dengan bangga mengingatkan kembali:

“Saya memberi tahu mereka. Dan mereka tertawa.”

Dalam wawancara terpisah, Postecoglou mengungkap strategi di balik dualitas performa timnya. Setelah jendela transfer Januari ditutup, ia sengaja mengalihkan fokus tim sepenuhnya pada kompetisi Eropa – keputusan yang akhirnya berbuah trofi.

Seperti diungkapkannya kepada media resmi klub:

“Apa yang dikatakan buku sejarah adalah kami adalah pemenang Piala Europa dan tidak disebutkan bagaimana kami melakukannya.”

Pernyataan itu mungkin menjadi jawaban bagi mereka yang meragukan metode Postecoglou. Di satu sisi, ia gagal memenuhi harapan di Premier League. Di sisi lain, ia berhasil membawa Tottenham kembali ke peta sepakbola Eropa.

Kini, dengan tiket Liga Champions di tangan dan dukungan penuh fans, musim ketiga Postecoglou di London Utara akan menjadi ujian sesungguhnya. Apakah ia akan membuktikan bahwa Fortnum & Mason > N17 memang sebanding dengan janji “serial terbaik”-nya, atau justru menjadi babak terakhir dalam kisah manajerialnya di Spurs?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Terbaru