Pep Guardiola Suarakan Kepedulian atas Krisis Kemanusiaan Global

Pep Guardiola menyampaikan pidato menggugah tentang krisis kemanusiaan di berbagai belahan dunia saat menerima gelar doktor kehormatan. Gelar tersebut ia dapat dari Universitas Manchester. Pelatih Manchester City itu dengan gamblang mengungkapkan keprihatinan mendalamnya terhadap konflik di Gaza, Sudan, dan Ukraina, menyebut situasi tersebut sebagai “mimpi buruk” yang terus menghantuinya.

“Sungguh menyakitkan melihat apa yang kami lihat di Gaza. Seluruh tubuh saya sakit,” kata Pep Guardiola dengan suara bergetar. “Saya tegaskan, ini bukan tentang ideologi. Ini bukan tentang apakah saya benar atau Anda salah. Ini hanya tentang kecintaan terhadap kehidupan, tentang kepedulian terhadap sesama.”

Guardiola yang dikenal vokal dalam isu-isu sosial mengaku setiap pagi memikirkan nasib anak-anak di zona konflik. “Aku melihat anak-anakku, Maria, Marius, dan Valentina. Setiap pagi sejak mimpi buruk itu dimulai, aku melihat bayi-bayi di Gaza, dan aku sangat takut.”

Dengan gaya khasnya yang penuh metafora, pelatih 54 tahun itu membagikan kisah inspiratif tentang burung kecil yang berusaha memadamkan kebakaran hutan dengan setetes air. Pesannya jelas: setiap orang harus berkontribusi sesuai kemampuannya.

“Di dunia yang sering mengatakan bahwa kita terlalu kecil untuk membuat perbedaan, kisah itu mengingatkan saya bahwa kekuatan seseorang bukan tentang skala, melainkan tentang pilihan, tentang tampil, tentang menolak untuk diam.”

BACA JUGA: West Ham Beri Waktu Pemulihan Penuh untuk Antonio Sebelum Putuskan Kontrak

ALASAN

Gelar kehormatan ini diberikan tidak hanya atas prestasi gemilangnya di City – 18 trofi dalam sembilan tahun – tetapi juga kerja sosial melalui Yayasan Guardiola Sala yang membantu masyarakat kurang beruntung. Guardiola mengingatkan bahwa meski masalah dunia terasa jauh, semua orang punya tanggung jawab moral untuk peduli.

Pernyataan Guardiola menambah daftar suara sepak bola yang angkat bicara tentang isu kemanusiaan. Sebelumnya, Mohamed Salah dan Anwar El Ghazi juga vokal menyuarakan keprihatinan serupa. Pidato ini menegaskan posisi Guardiola tidak hanya sebagai pelatih sukses, tapi juga figur publik yang berani menyampaikan kebenaran meski kontroversial.

“Burung itu tahu ia tidak akan menghentikan api, tetapi ia menolak untuk melakukan apa pun,” tutup Guardiola, meninggalkan pesan tentang pentingnya konsistensi dalam memperjuangkan kemanusiaan di tengah kompleksitas politik global.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Terbaru