Harapan Greenland untuk memainkan sepak bola internasional kompetitif harus kembali ditunda setelah permohonan keanggotaannya ditolak secara bulat oleh Concacaf. Keputusan ini menjadi pukulan bagi asosiasi sepak bola pulau terbesar di dunia. Secara geografis Greenland terletak di Amerika Utara namun merupakan wilayah otonom Denmark.
Meski secara teknis memenuhi syarat geografis untuk bergabung dengan Concacaf Greenland tidak dapat menjadi anggota UEFA. Alasannya karena badan sepak bola Eropa tersebut hanya menerima negara berdaulat yang diakui PBB. Sayangnya, pertemuan Concacaf di Miami sebelum Piala Emas memastikan penolakan terhadap aplikasi Greenland.
“Berdasarkan penilaian menyeluruh yang dilakukan oleh administrasi dan Dewan Concacaf, dan sesuai dengan Statuta Concacaf, Asosiasi Anggota meninjau aplikasi keanggotaan yang diajukan oleh Asosiasi Sepak Bola Greenland dan dengan suara bulat menolaknya,” bunyi pernyataan resmi mereka.
Meski belum pernah bermain dalam pertandingan resmi yang disetujui FIFA, Greenland memiliki basis sepak bola yang cukup aktif. Dengan populasi hanya 57.000 jiwa, pulau ini memiliki 76 klub dan sekitar 5.500 pemain terdaftar—hampir 10% dari total penduduknya. Namun, tantangan utama mereka adalah iklim ekstrem yang membatasi musim sepak bola luar ruangan hanya lima bulan dalam setahun, dengan lapangan kerikil atau rumput sintetis sebagai satu-satunya pilihan.
Isu politik juga turut mewarnai situasi ini. Presiden AS Donald Trump sebelumnya pernah mengusulkan pembelian Greenland, yang memicu kecaman dari Denmark. Meski bukan faktor resmi dalam keputusan Concacaf, hal ini menambah kompleksitas posisi Greenland di kancah internasional.
Morten Rutkjaer, pelatih tim nasional Greenland, sebelumnya menyatakan bahwa bergabung dengan Concacaf akan membuka peluang besar bagi perkembangan sepak bola mereka. Namun, untuk saat ini, impian tersebut harus tertunda. Greenland tetap hanya bisa bermain dalam laga persahabatan tidak resmi sambil menunggu kemungkinan lain di masa depan.