Pelatih tim nasional Amerika Serikat, Mauricio Pochettino, menepis spekulasi yang menyebut dirinya bakal kembali menangani Tottenham Hotspur setelah klub London itu memecat Ange Postecoglou.
Rumor soal kepulangan Mauricio Pochettino kembali mencuat usai Tottenham mengumumkan pemecatan Postecoglou pada Jumat (6/6). Namun, pelatih asal Argentina itu menanggapi isu tersebut dengan santai.
“Sejak saya meninggalkan klub pada 2019, setiap kali saya sedang tidak melatih dan posisi pelatih kepala di Tottenham kosong, nama saya selalu masuk daftar,” kata Pochettino, dikutip dari Daily Mail, Minggu (8/6).
“Kalau kalian lihat daftar rumor itu, mungkin ada 100 pelatih di sana. Jadi saya rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” ujarnya menambahkan.
Baca Juga: Liverpool Siap Hadapi Tottenham dengan Misisi Khusus
Mauricio Pochettino memang punya sejarah panjang dengan Spurs. Ia menangani tim dari 2014 hingga 2019 dan berhasil membawa Tottenham ke final Liga Champions 2019. Meski gagal mempersembahkan trofi, warisannya tetap kuat di hati para fans.
Saat ini, Mauricio Pochettino tengah fokus mempersiapkan tim nasional AS menuju Piala Dunia 2026, setelah resmi menandatangani kontrak dua tahun pada September lalu. Meski demikian, namanya tetap masuk dalam bursa calon pelatih Spurs versi media Inggris dan bandar taruhan.
Meski tak menutup pintu sepenuhnya untuk kembali, Pochettino menegaskan bahwa saat ini belum waktunya.
“Kalau memang ada sesuatu yang terjadi, kalian pasti akan tahu. Tapi sekarang ini bukan hal yang nyata, tidak realistis. Lihat posisi saya sekarang,” ujarnya setelah timnas AS kalah 1-2 dari Turki dalam laga persahabatan di Connecticut.
“Jawabannya jelas, bukan? Tapi kita bicara soal ini karena itu klub saya, seperti Newell’s Old Boys atau Espanyol,” tambahnya.
Postecoglou sendiri hanya 16 hari menikmati trofi pertamanya untuk Spurs, Liga Europa yang diraih lewat kemenangan 1-0 atas Manchester United, sebelum diberhentikan dari pekerjannya itu.
Meski sukses mengakhiri puasa gelar selama 17 tahun dan memastikan tiket Liga Champions, performa buruk di liga domestik menjadi alasan pemecatannya.