Perjalanan Shafira Ika dalam dunia sepak bola wanita Indonesia adalah kisah tentang tekad, ketangguhan, dan cinta terhadap olahraga. Pemain berusia 22 tahun ini telah membuktikan bahwa mimpi besar bisa terwujud melalui kerja keras dan konsistensi, bahkan ketika harus menghadapi tantangan terberat sekalipun.
Momen Terindah di Piala AFF 2024
Kemenangan Timnas Putri Indonesia di Piala AFF Putri 2024 di Laos menjadi puncak perjalanan Shafira Ika selama sembilan tahun membela Garuda Pertiwi. “Itu salah satu kebanggaan yang memorable banget di otak aku,” ungkap sang kapten tentang pencapaian bersejarah tersebut.
Namun, jalan menuju kesuksesan ini tidaklah mulus. Shafira harus melalui masa-masa sulit, termasuk cedera patah tulang rahang yang nyaris mengakhiri kariernya. Comeback-nya melawan Arab Saudi pada 2020 menjadi bukti ketangguhan mentalnya: “Hampir setahun aku nggak bisa main bola, tapi akhirnya aku bisa lewati trauma itu.”
Dari Bulu Tangkis ke Sepak Bola
Awal mula karier Shafira justru dimulai dari bulu tangkis. Cedera pergelangan tangan mengubah takdirnya saat ia memutuskan beralih ke sepak bola setelah terinspirasi adiknya yang bermain di SSB. Keputusan ini sempat ditentang orang tua karena stereotip gender yang melekat pada olahraga ini.
“Awalnya aku nggak direstuin sama ayah dan mama karena sepak bola itu keras dan identik sama cowok,” kenangnya. Namun, tekad kuatnya akhirnya meluluhkan kekhawatiran orang tua, asalkan ia tetap disiplin dan serius.
BACA JUGA: Coach Education Scholarship, Revolusi Sepak Bola Wanita Indonesia
Karier Klub yang Mengesankan
Perjalanan klub Shafira dimulai dari HBS Persebaya dan Persikabo Kartini, kemudian mencapai puncaknya saat bergabung dengan Arema Putri pada 2020. Sebagai kapten, ia membawa tim meraih posisi ketiga Piala Pertiwi. Pengalaman di Persis Solo Putri dan Asprov DKI Jakarta semakin mematangkan kemampuannya sebagai bek tengah yang tangguh.
Persiapan Menghadapi Tantangan Baru
Kini, Shafira dan Timnas Putri Indonesia tengah mempersiapkan diri untuk dua pertandingan penting dalam FIFA Women’s Matchday akhir Mei ini. Mereka akan menghadapi Yordania pada 28 Mei dan Bangladesh pada 31 Mei di King Abdullah Stadium, Amman.
Targetnya jelas: melanjutkan tren positif setelah kemenangan 1-0 atas Arab Saudi Februari lalu. Sebagai kapten, Shafira tidak hanya bertanggung jawab atas performa tim, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda pesepak bola wanita di Indonesia.
Warisan untuk Generasi Mendatang
Kisah Shafira membuktikan bahwa hambatan bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan batu loncatan menuju kesuksesan. Dari seorang gadis yang awalnya tidak diizinkan bermain sepak bola, kini ia menjadi kapten timnas dan juara AFF.
“Yang penting happy dan terus berusaha,” mungkin itulah filosofi sederhana yang membuat Shafira bisa mencapai posisinya sekarang. Dan dengan semangat itu pulalah ia akan terus memimpin Timnas Putri Indonesia menuju prestasi-prestasi baru di kancah internasional.
Di tangan pemain seperti Shafira, masa depan sepak bola wanita Indonesia tampak cerah. Ia bukan hanya sekadar pemain, tetapi juga simbol perubahan dan harapan bagi ribuan anak perempuan di Indonesia yang bermimpi menjadi pesepak bola profesional.