Di tengah kemeriahan parade kemenangan Bayern Munich, Harry Kane duduk dengan tenang di kantor walikota Munich. Ia merenungi pencapaian terbesarnya sepanjang karier—gelar Bundesliga yang baru saja diraihnya. Dengan mengenakan celana panjang tradisional khas klub, striker Inggris itu menyaksikan perayaan yang mungkin pernah ia bayangkan sejak pertama kali menjejakkan kaki di dunia sepak bola profesional.
Harry Kane mengaku bahwa merasakan langsung euforia juara berbeda dengan sekadar menyaksikannya dari jauh. “Saya telah melihat perayaan seperti ini dari jauh, tetapi sampai Anda mengalaminya sendiri, sulit untuk mengungkapkannya dengan kata-kata,” ujarnya.
Gelar ini semakin spesial karena ia tidak hanya membawa pulang trofi liga, tetapi juga meraih Sepatu Emas sebagai pencetak gol terbanyak.
BACA JUGA: Kiper Galatasaray Menulis Sejarah dengan Gol Penalti di Momen Perpisahan
HARU
Momen paling mengharukan bagi Kane terjadi ketika Bayer Leverkusen gagal mengalahkan Freiburg pada 4 Mei. Hasil itu pun secara matematis mengukuhkan Bayern sebagai juara. “Rasanya seperti tombol ditekan, dan tiba-tiba muncul banyak emosi, banyak kegembiraan,” kenangnya.
Ia mengakui bahwa malam itu menjadi istimewa bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk keluarga dan teman-teman yang setia mendukungnya. “Mereka merasakan emosi yang sama seperti saya, jadi sangat menyenangkan untuk berbagi momen itu bersama mereka,” tambahnya.
Bagi Kane, musim ini bukan sekadar tentang mengakhiri “kutukan” tanpa trofi, tetapi juga tentang perjalanan panjang yang penuh pembelajaran. “Memiliki gelar adalah cara sempurna untuk mengakhiri musim,” ucapnya, meski ia sadar bahwa rasa haus akan prestasi lebih besar masih menggebu.
Kini, dengan Bundesliga dan Sepatu Emas di tangan, Kane membuktikan bahwa kerja keras dan kesabaran akhirnya membuahkan hasil. Dan di tengah gemuruh perayaan Munich, ia mungkin sedang memikirkan satu hal: trofi berikutnya yang ingin ia raih.
