Florian Wirtz: Kesederhanaan yang Menyembunyikan Kejeniusan Sepak Bola

Di balik bakatnya yang luar biasa, Florian Wirtz justru paling dikenal karena kepribadiannya yang rendah hati. Ditambah lagi ia memiliki pendekatan yang tak biasa terhadap sepak bola. Bagi banyak orang, gelandang Bayer Leverkusen ini adalah contoh langka pemain bintang yang tetap bersahaja meski sudah mencapai puncak karier.

Sikap tenang Florian Wirtz sering disalahartikan sebagai ketidaktertarikan, padahal itu adalah cerminan mentalitasnya yang fokus. Sejak debutnya di Bundesliga, ia sudah membawa aura pemimpin—bukan melalui teriakan, tetapi melalui kehadiran yang tak perlu dipertanyakan lagi.

“Kentang Biasa”

Sebuah klip TikTok yang menampilkan Wirtz menyebut “kentang biasa… menurut saya adalah nomor satu” sempat menjadi viral, bahkan dijadikan meme oleh penggemar sepak bola Jerman. Namun, Wirtz sendiri tidak melihat sisi lucu dari hal itu.

“Saya tidak menganggapnya menghibur,” katanya kepada Kicker. “Mereka yang mengenal saya tidak mengerti mengapa hal itu menjadi heboh.”

Bagi rekan-rekannya, justru kesederhanaan inilah yang membuat Wirtz istimewa. Kiper Leverkusen Lukas Hradecky pernah menggambarkannya dengan kalimat yang kini melegenda: “Flo melakukan hal-hal yang biasa dilakukan Flo.”

BACA JUGA: Max Verstappen Tunjukkan Dominasi di Imola, McLaren Tak Berkutik

Pujian

Mantan pelatih Jerman Hansi Flick memuji Wirtz sebagai “pemain yang lengkap”—kreatif, memiliki tembakan akurat, cepat, dan taktis. Sementara pelatih Leverkusen sebelumnya, Gerardo Seoane, mengagumi kemampuannya tetap tenang di situasi bertekanan tinggi.

Xabi Alonso, pelatihnya saat ini, juga kerap memuji keberanian Wirtz dalam mencoba hal-hal baru di lapangan. “Ia akan selalu mencoba sesuatu,” ujarnya.

Dukungan Keluarga

Di luar lapangan, Wirtz tetap dekat dengan lingkaran pertemanan masa kecilnya di Rhineland. Keluarganya—terutama orang tuanya, Hans dan Karin—memegang peran kunci dalam kariernya. Ketika kabar minat Liverpool dan Manchester City beredar, yang bernegosiasi bukanlah agen besar, melainkan sang ayah dan ibu.

“Perspektif olahraga jauh lebih penting daripada uang,” tegas Wirtz. “Orang tua saya akan marah jika saya memprioritaskan uang.”

Meski beberapa kritikus meragukan pendekatan tradisional ini, Wirtz membuktikan bahwa kesetiaan pada akar dan fokus pada permainan justru membawanya sukses. Kini, di usia muda, ia sudah siap memimpin tidak hanya Leverkusen, tetapi juga masa depan sepak bola Jerman—dengan caranya yang sederhana namun penuh makna.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Terbaru