Mantan asisten Erik ten Hag di Manchester United, Mitchell van der Gaag, baru-baru ini mengungkapkan kesulitan yang dihadapi Ruben Amorim di Old Trafford.
Van der Gaag sebelumnya mengikuti jejak Erik ten Hag dari Ajax ke Manchester United pada tahun 2022. Namun, tugasnya di Manchester tak berlangsung lama. Meskipun Ten Hag mampu bertahan hingga Oktober 2024, Van der Gaag justru harus meninggalkan jabatannya pada bulan Juli di tengah perombakan besar-besaran dalam staf kepelatihan.
Setelah kepergian Ten Hag, manajemen Setan Merah bergerak cepat dengan menunjuk Ruben Amorim dari Sporting CP. Kedatangan Amorim membawa ekspektasi tinggi di kalangan suporter agar ia mampu membalikkan keterpurukan yang melanda klub.
Sayangnya, kenyataan di lapangan tidak berjalan sesuai harapan. Di bawah komando pelatih asal Portugal itu, United masih berkutat dengan performa yang jauh dari memuaskan. Mereka kini terpuruk di peringkat ke-16 Liga Primer dengan hanya menyisakan dua pertandingan lagi. Meskipun demikian, asa untuk meraih trofi Liga Europa dan mengamankan tiket ke Liga Champions musim depan masih terbuka lebar.
BACA JUGA:Â Manchester City Bidik Gelandang Berdarah Indonesia Milik AC Milan Tijjani Reijnders
KOMENTAR VAN DER GAAG
Awal yang sulit bagi Amorim ternyata tidak mengejutkan Mitchell van der Gaag. Dalam sebuah wawancara dengan media Portugal, A Bola, Van der Gaag mengungkapkan keyakinannya bahwa Amorim memiliki kendali yang terbatas atas situasi yang terjadi di klub. Terlebih, Sir Jim Ratcliffe terus melakukan perubahan signifikan di balik layar.
“Seorang pelatih selalu membutuhkan kemenangan untuk menanamkan ide-idenya dan membangun kepercayaan para pemain,” ujar Van der Gaag.
“Datang di pertengahan musim selalu menjadi tantangan, apalagi dengan perubahan masif yang terjadi, terutama di luar lapangan. Dalam struktur klub, pusat pelatihan, stadion, ada individu-individu yang tidak dapat bertahan dan akan diberhentikan. Banyak sekali hal yang terjadi di sekeliling klub.”
Lebih lanjut, Van der Gaag menambahkan: “Kemudian seorang pelatih top tiba di sini, dari Portugal, tetapi ia harus menghadapi kenyataan ini. Ia tidak memiliki kontrol atas situasi tersebut dan ia perlu bekerja keras. Ini tidak mudah, dan saya berharap ia mendapatkan waktu untuk melakukan perubahan karena situasinya memang sulit.”
Performa buruk United semakin terasa menjelang laga krusial melawan Chelsea pada Sabtu (17/5) dini hari WIB. Setelah itu, ujian berat lainnya menanti di final Liga Europa pada 22 Mei, di mana mereka akan berhadapan dengan Tottenham di Bilbao.