Mohammed Ben Sulayem Perkuat Cengkeraman Kekuasaan di FIA

Mohammed Ben Sulayem, Presiden Fédération Internationale de l’Automobile (FIA), mengajukan serangkaian amendemen aturan. Hal itu pun berpotensi memperluas kendalinya atas badan pengatur olahraga bermotor dunia. Dokumen rahasia mengungkap revisi regulasi yang akan diputuskan dalam pemungutan suara Majelis Umum FIA bulan depan.

Perubahan utama mencakup percepatan batas waktu pencalonan untuk pemilihan presiden Desember mendatang, yang berpotensi mempersulit kandidat pesaing untuk menantang Mohammed Ben Sulayem. Revisi ini juga memberikan presiden kendali lebih besar atas komposisi Senat FIA.

“Sebagian besar usulan ditujukan pada semacam konsolidasi kekuasaan, kontrol yang lebih tersentralisasi, dan mencoba menghilangkan pengawasan dan keseimbangan yang independen,” ujar seorang sumber yang enggan disebutkan namanya karena terikat perjanjian kerahasiaan.

Sumber lain mengkritik dokumen proposal tersebut sebagai “ditulis dengan sangat cerdik”, menambahkan: “Itu mengambil posisi yang sangat tinggi secara moral. Atau tampak demikian. Padahal kenyataannya mungkin tidak demikian.”

Poin paling kontroversial adalah klausul baru yang menyatakan kandidat presiden tidak boleh memiliki catatan yang “mempertanyakan integritas profesional mereka”. Secara teori, aturan ini bisa digunakan untuk mendiskualifikasi calon pesaing.

BACA JUGA: Carlo Ancelotti Resmi Tinggalkan Madrid, Siap Pimpin Timnas Brasil

PERUBAHAN

FIA membenarkan perubahan ini dengan alasan konsistensi, mengingat persyaratan serupa sudah berlaku untuk komite-komite lain seperti badan pembatasan biaya Formula 1 serta komite audit dan etika. Namun kritikus menilai ini upaya sistematis untuk mempertahankan kekuasaan.

Perubahan terbaru ini menyusul amendemen kontroversial Desember lalu yang oleh salah satu klub anggota disebut sebagai “konsentrasi kekuasaan yang mengkhawatirkan”.

Mekanisme pengawasan kandidat yang diusulkan semakin menguatkan kekhawatiran ini. Daftar calon akan diawasi ketat oleh Komite Nominasi FIA, sementara masalah etika dirujuk ke Komite Etik – dua badan yang kini berada di bawah kendali kuat Ben Sulayem setelah perubahan regulasi tahun lalu.

Analis melihat perubahan ini berpotensi menarget Carlos Sainz Sr., legenda reli yang berminat mencalonkan diri. Kode Etik FIA tentang konflik kepentingan bisa digunakan untuk mendiskualifikasinya mengingat putranya, Carlos Sainz Jr., merupakan pembalap Formula 1.

FIA menolak berkomentar ketika dihubungi BBC Sport. Perubahan ini diajukan menjelang pemilihan presiden FIA yang akan menjadi ujian demokrasi bagi badan pengatur yang membawahi ajang prestisius seperti Formula 1 dan WRC tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Terbaru