Oleh peserta Liga Pundit: M. Iqbal Harisuddin (@m_iqbalhrs)
Rintik hujan membasahi wajah para pemain. Angin kencang menderu, menggoyahkan langkah mereka di atas rumput basah. Badai besar tengah melanda Kepulauan Faroe, tetapi para pemain hanya menyeka wajah mereka, tetap membusungkan dada, dan terus berlari di lapangan. Hari demi hari mereka berlatih di bawah lampu sorot redup, ditemani angin dingin yang menusuk tulang—seolah cuaca keras menjadi bagian dari identitas mereka. Hanya dalam hitungan hari, mereka mungkin akan memainkan permainan terbaik dalam hidup mereka, untuk berkesempatan mengukir sejarah sepakbola di kepulauan kecil mereka. Ini adalah timnas sepakbola Kepulauan Faroe, sebuah kisah underdog terbesar di babak Kualifikasi Piala Dunia.

Tidak pernah menyangka sebelumnya, sebuah negara kecil di tengah Samudra Atlantik Utara kini berdiri di ambang sejarah–selangkah lagi menuju Piala Dunia. Populasinya bahkan tak lebih banyak dari rata-rata satu kelurahan di Jakarta, namun semangat para pemain dan pendukungnya menjangkau jauh menembus batas Samudra. Dikelilingi iklim yang sangat keras dan dengan mayoritas pemain yang bukan profesional penuh waktu, Kepulauan Faroe tumbuh dalam lingkungan sepakbola yang jauh dari kata ideal. Kali ini dalam laga terakhir Kualifikasi Piala Dunia 2026, Kepulauan Faroe akan menantang raksasa Balkan, Kroasia yang pernah menjadi Runner-Up Piala Dunia 2018. Pertandingan hidup mati tersebut akan dimainkan di Stadion HNK Rijeka, Kroasia pada Sabtu (15/10/2025) pukul 02.45 WIB
Meskipun berisikan tim yang terdiri dari tukang kayu, teknisi listrik, seorang CEO dan sales mobil, mereka bertandang ke Kroasia bukan dengan omong kosong semata (nytimes). Tiga kemenangan beruntun merupakan modal sekaligus pencapaian bersejarah mereka di kompetisi resmi ini. Mengalahkan Republik Ceko di pertandingan terakhir cukup membuat semangat menuju Piala Dunia kembali menyala. Bagaimana tidak, sekarang Kepulauan Faroe berada di posisi ketiga dengan raihan 12 poin, hanya terpaut 1 poin dengan Republik Ceko di posisi kedua. Jika mereka menang atau bahkan seri, mereka tetap akan menjaga peluang untuk menjadi salah satu wilayah terkecil yang pernah berlaga di Piala Dunia.
Namun jalan menuju mimpi itu tidak akan mudah. Di laga pamungkas ini, Faroe harus menantang Kroasia—pemuncak klasemen yang tak tersentuh dari enam pertandingan. Tim tuan rumah tampil impresif, solid, dan tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Bagi Faroe, inilah badai terakhir yang harus mereka terjang sebelum tahu apakah mimpi itu layak diperjuangkan sampai napas terakhir.
Performa dan Rekor Pertemuan Kedua Tim
Dalam ronde pertama Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Eropa, Kroasia membuka langkahnya dengan performa sangat meyakinkan. Dari 6 pertandingan, The Vatreni belum pernah merasakan kekalahan, mereka mencatatkan lima kemenangan dan satu kali hasil imbang. Raihan tersebut menempatkan mereka di puncak klasemen Grup L, sekaligus memperlihatkan stabilitas yang menjadi ciri khas era Zlatko Dalić.

Di sisi lain, Kepulauan Faroe menjadi kejutan terbesar di grup ini. Mereka menempati posisi ketiga klasemen sementara dengan catatan empat kemenangan dan tiga kekalahan. Kemenangan dramatis atas Republik Ceko pada laga sebelumnya memberi mereka tambahan poin krusial untuk menjaga peluang lolos ke Piala Dunia. Dengan selisih hanya satu poin dari posisi kedua, Faroe masih sangat hidup dalam perburuan tiket menuju Piala Dunia 2026.
Secara historis, Kroasia baru pernah bertemu Kepulauan Faroe satu kali pada 6 September 2025 di Kualifikasi Piala Dunia. Pada pertemuan pertama tersebut Kroasia berhasil menang tipis 0-1 atas Kepulauan Faroe di Torshavn. Pertandingan tersebut memperlihatkan betapa rapatnya struktur bertahan Faroe dan bagaimana Kroasia harus bekerja keras membongkar pertahanan low block Kepulauan Faroe.
Kroasia melanjutkan performa kandang yang sangat impresif pada Kualifikasi ini. Dari tiga pertandingan yang telah dimainkan di kandang, mereka memenangkan seluruh pertandingan. Ini menunjukkan bahwa Stadion HNK Rijeka, Kroasia masih menjadi benteng yang sulit untuk ditembus lawan. Tingkat produktivitasnya pun sangat tinggi, mampu mencetak 12 gol dengan hanya satu kali kebobolan.
Sebaliknya, Kepulauan Faroe tampil kurang stabil saat away. Dari tiga pertandingan tandang di Kualifikasi Piala Dunia Zona Eropa, mereka hanya meraih sekali kemenangan dan dua kali kekalahan. Mampu mencetak 2 gol dan kebobolan 3 gol. Kondisi ini menjadi ujian tersendiri untuk para pemain Kepulauan Faroe karena mereka akan bertandang ke Kroasia pada laga terakhirnya.

Dari sisi data lanjutan, performa Kroasia terlihat konsisten dengan dominasi mereka. Dalam 6 laga awal Kualifikasi Piala Dunia Zona Eropa, mereka mencatatkan total 20 gol dari 19.9 expected goals (xG)–metrik yang mengukur kualitas peluang berdasarkan seberapa besar kemungkinan sebuah tembakan berbuah gol. Sedangkan dari sisi pertahanan, lawan hanya mampu mencetak total 1 gol dari 3.5 expected goals against (xGA). Menariknya 1 gol kebobolan mereka dapatkan dari situasi tendangan sudut saat melawan Republik Ceko.
Dengan xG Difference (xG Diff) sebesar +16.4, Kroasia menunjukkan dominasi yang tidak hanya lahir dari produktivitas menyerang, tetapi juga dari efisiensi struktural dalam bertahan. Angka tersebut mencerminkan selisih antara peluang berkualitas yang mereka ciptakan (xG)
dan peluang yang mereka izinkan kepada lawan (xGA) sepanjang 6 laga awal. Margin positif sebesar itu menegaskan keseimbangan permainan Kroasia—mereka tak hanya tajam di depan, tetapi juga disiplin di lini belakang. Hal itu tercermin jelas lewat lima clean sheet dan hanya sekali kebobolan–itu pun di cetak dari situasi bola mati bukan dari open play, sebuah kombinasi yang menegaskan efektivitas sistem Zlatko Dalic di kedua fase permainan.
Sementara itu, Kepulauan Faroe start dengan cukup baik. Dari 7 laga awal Kualifikasi Piala Dunia Zona Eropa, mereka mencatatkan total 10 gol dari 7.9 xG. Sementara itu lawan mampu menghasilkan total 6 gol dari 9.5 expected goals against (xGA) dari total 7 laga. Jika digabungkan, Kepulauan Faroe memiliki xG Difference (xG Diff) sebesar -1.6 artinya kemampuan menciptakan peluang Kepulauan Faroe cukup baik, di sisi lain pertahanan mereka juga cukup baik–jika dilihat dari xGA dan dari konfersi menjadi kebobolannya. Berhasil mencatatkan 2 kali cleansheet dan kebobolan 6 gol dalam 7 laga.
Zlatko Dalić menjelang laga melawan Kepulauan Faroe:
“Sudah menjadi karakter tim nasional kami untuk menunjukkan respect kepada setiap lawan. Pertandingan berat menanti kami, kami akan menghadapinya dengan kekuatan dan energi penuh. Kami ingin menjalani kualifikasi terbaik dalam sejarah Kroasia.
“Saya tidak senang dengan cara kami bermain di pertandingan pertama, tetapi ketika saya melihat Montenegro kalah 4-0 dan Republik Ceko 2-1, saya merasa puas.” (@TheCroatian)
Prediksi Starting Line-up

Di atas kertas Kroasia diprediksi akan menggunakan formasi 4-2-3-1, The Vatreni masih akan mengandalkan Dominik Livakovic sebagai penjaga gawang utama. Di belakang, Josip Sutalo akan diplot sebagai bek tengah, berduet dengan Duje Caleta-Car. Josip Stanisic yang sudah pulih dari cederanya kemungkinan akan kembali mengisi posisi bek kiri. Zlatco Dalic diperkirakan akan mempercayakan bek kanan kepada Kristian Jakic. Karena Mateo Kovacic masih cedera, double pivot akan diisi oleh duet Petar Sucic dan Luka Modric. Sementara itu koridor sayap kanan dan kiri akan diisi oleh Marco Pasalic dan Ivan Perisic untuk mengeksploitasi lini belakang Kepulauan Faroe. Pos gelandang serang akan diisi oleh Andrej Kramaric yang merupakan Top-Scorer Timnas Kroasia saat ini dengan 6 gol. Ujung Tombak akan diisi oleh Franjo Ivanovic yang menggantikan posisi Ante Budimir yang harus absen karena cedera.
Sementara itu, Kepulauan Faroe di bawah asuhan Eydun Klakstein, diprediksi akan menurunkan formasi 3-4-3. Mattias Lamhauge akan tetap menjadi andalan di bawah mistar gawang. Andrias Edmundsson-Gunnar Vatnhamar-Odmar Faero kemungkinan akan menjadi trio pengawal di lini belakang. Sementara fullback akan diisi oleh Viljormur Davidsen dan Joannes Kalsø Danielsen. Di lini tengah akan diperkuat oleh double pivot andalan mereka yaitu Geza David Turi dan Brandur Hendriksson. Di Lini depan taktis akan diisi oleh tiga penyerang yaitu Hanus Sørensen-Joan Simun Edmundsson-Arni Frederiksberg. Eydun Klakstein sebagai pelatih tidak akan mengambil resiko untuk bermain terbuka melawan Kroasia, mereka diprediksi akan bermain lebih bertahan.
Prediksi Jalannya Pertandingan
Kroasia di bawah asuhan Zlatko Dalić memiliki gaya permainan yang berbasis penguasaan bola (possession-based) dan pressing tinggi. Ketika menghadapi tim dengan kualitas individu yang lebih rendah seperti Kepulauan Faroe, mereka cenderung mengambil alih kendali jalannya laga sejak menit awal. Pada pertemuan sebelumnya ketika Kroasia mampu menang tipis 0-1 atas Kepulauan Faroe, statistik akan menunjukkan bagaimana Kroasia mengontrol jalannya pertandingan.

Hal ini tercermin pada statistik penguasaan bola Kroasia yang mencapai 73%. Dominasi tersebut juga selaras dengan Field Tilt Kroasia yang mencapai 73%, yang berarti sebagian besar permainan berlangsung di area sepertiga pertahanan Faroe. Angka ini mengindikasikan bahwa Kroasia bukan sekadar menguasai bola, tetapi secara konsisten menekan secara agresif dan membangun serangan di sepertiga akhir wilayah llawan.
Kualitas pressing mereka juga terlihat dari Passes Per Defensive Action (PPDA) yang hanya
5.2. PPDA serendah itu memperlihatkan betapa agresif dan terkoordinasinya pressing Kroasia. Mereka memaksa Faroe hanya bisa melakukan sekitar lima umpan dalam fase build-up sebelum kehilangan bola. Dengan kata lain: Kroasia mematikan nafas serangan Faroe sejak dari awal.
Sementara itu, Passes per Sequence (PPS) Kroasia yang mencapai 11 menggambarkan kontrol penuh dalam fase penguasaan. PPS tinggi menunjukkan bahwa Kroasia memainkan
build-up yang sabar, terstruktur, dan sistematis dalam menghadapi blok pertahanan Faroe yang low-block dan rapat. Mereka mencoba mengalirkan bola dengan cepat dan kontrol penuh untuk membuka pertahanan Faroe yang rapat.

Passing network pertandingan ini memperjelas kontras gaya bermain kedua tim. Pada sisi Faroe, lingkaran/node pemain terlihat rapat dan berkumpul di area sendiri, menandakan bahwa mereka bermain dalam low block serta mengutamakan pertahanan yang rapat. Garis-garis umpan yang terbentuk cenderung pendek, tipis, dan jarang menghubungkan lini belakang ke lini depan. Ini menunjukkan bahwa Faroe tidak membangun serangan dari belakang, melainkan hanya memainkan umpan pendek untuk keluar dari tekanan sebelum akhirnya melakukan direct play. Minimnya koneksi antarlini juga tercermin dari rendahnya passes per sequence mereka (4), menandakan setiap penguasaan bola berlangsung sangat singkat.
Sebaliknya, passing network Kroasia menggambarkan struktur posisional yang jauh lebih stabil dan terorganisasi. Node pemain Kroasia tersebar merata di seluruh area tengah dan sepertiga akhir, dengan garis koneksi yang lebih tebal—terutama antara full-back, pivot, dan
gelandang serang. Ini menunjukkan bahwa Kroasia memegang kendali pertandingan lewat sirkulasi bola yang lebih sabar, progresif, dan sistematis. Dengan passes per sequence mencapai 11 dan 27 kali rangkaian umpan 10+, Kroasia dengan konsisten mencoba membongkar blok defensif Faroe melalui dominasi posisional.
Dominasi Kroasia juga terlihat dari tingginya jumlah umpan total (683), akurasi (585), dan field tilt sebesar 73%, yang mengindikasikan aliran bola Kroasia sebagian besar terjadi di area Faroe. Sementara itu, struktur passing Faroe memperlihatkan bahwa mereka terlalu bergantung pada long ball sebagai respons terhadap tekanan tinggi Kroasia (PPDA 5.2). Namun, upaya ini kurang efektif karena Faroe hanya memenangkan 23 aerial duel, lebih rendah daripada Kroasia (27), sehingga direct play mereka sering patah sebelum mencapai final third.
Pada pertandingan besok, Kroasia hampir pasti kembali mengambil alih kendali permainan. Dengan struktur penguasaan bola yang stabil dan high press yang agresif, mereka akan berusaha menekan Faroe sedalam mungkin di area sendiri. Namun Faroe memiliki tiga jalur serangan yang tetap merepotkan: kekuatan fisik, keunggulan dalam perebutan second ball, dan ancaman bola mati. Tiga hal ini menjadi pola serangan paling realistis untuk mengekspos Kroasia—yang sejauh ini baru kebobolan satu gol, itupun melalui situasi bola mati.
Jika Faroe mampu menjaga shape bertahan tetap rapat, memenangkan second-ball dan lebih klinis dalam mengonversi transisi cepat, mereka mungkin punya peluang menciptakan kejutan seperti pada pertemuan sebelumnya.
Penutup
Pada akhirnya, pertandingan ini bukan sekadar perebutan poin. Bagi Kroasia, ini adalah usaha menyelesaikan kualifikasi dengan cara yang paling elegan—mengunci puncak klasemen dengan dominasi yang tak terbantahkan. Namun bagi Kepulauan Faroe, laga ini adalah klimaks dari perjalanan panjang yang ditempa angin laut, badai dingin, dan kerja keras yang jauh dari sorotan kamera. Mereka datang sebagai tim kecil dari sudut dunia yang dingin, tapi asa mereka menuju Piala Dunia akan terasa selalu hangat di hati para pendukungnya.
Di tengah sorakan suporter tuan rumah dan tekanan tanpa henti dari Kroasia, Faroe akan kembali bertarung dengan identitas yang sama seperti sejak awal: disiplin, reaktif, dan percaya bahwa mimpi besar pun bisa lahir dari pulau kecil. Mungkin Kroasia tetap menjadi favorit, mungkin Faroe kembali harus berjuang lebih keras dari siapapun. Namun satu hal pasti—di Rijeka nanti, kita tidak hanya menyaksikan pertandingan, tetapi juga kisah tentang keberanian untuk menantang batas.
Apapun hasil akhirnya, mimpi mereka tidak akan membeku oleh dinginnya Samudra Atlantik.
Prediksi Skor: Kroasia 2-0 Kepulauan Faroe
Kroasia Win: 55%
Seri: 25%
Kepulauan Faroe Win: 20%


