Untuk kedua kalinya secara beruntun dalam laga kandang, West Ham harus menyelesaikan pertandingan dengan tribun yang kosong. Hal itu jauh sebelum wasit meniup peluit panjang.
Kekalahan 0–3 dari Tottenham pada Sabtu ditutup dengan cemoohan pedas dari segelintir suporter yang masih bertahan. Dua kekalahan beruntun, delapan gol kemasukan, dan hanya satu gol yang berhasil dicetak di kandang sendiri membuat posisi pelatih Graham Potter semakin terpuruk — dan tekanan pun kian menjadi.
Meski demikian, mantan pelatih Chelsea itu tetap bersikap teguh.
“Saya paham, skornya memang buruk dan wajar jika para fans merasa kecewa,” katanya kepada Sky Sports.
“Kami adalah tim yang masih dalam proses pembangunan. Kami harus tetap bersatu, fokus pada hal-hal yang sudah baik, dan mencari celah untuk perbaikan.”
BACA JUGA: Russell Martin Semakin Tertekan Setelah Ranger Kalah dari Hearts
Para pendukung West Ham tentu punya pendapat sendiri tentang apa yang sebenarnya perlu “ditingkatkan”. Namun, statistik berbicara dengan nada yang suram:
- – West Ham sudah kebobolan 11 gol di Liga Premier musim ini — rekor terburuk kedua mereka pada fase ini sepanjang sejarah, hanya satu gol lebih baik dari musim 2010–11 saat mereka terdegradasi.
- – Tiga kekalahan The Hammers musim ini semua terjadi dengan selisih tiga gol atau lebih: 0–3 dari Sunderland, 1–5 dari Chelsea, dan 0–3 dari Spurs. Mereka menyamai rekor Bournemouth musim 2022–23 sebagai tim tercepat yang kalah tiga kali dengan margin ≥3 gol.
- – Potter mencatat persentase kemenangan terendah kedua sepanjang sejarah manajer West Ham di Liga Premier, yakni hanya 27,3%.
- – Ini adalah ketiga kalinya dalam empat musim terakhir West Ham kalah di dua laga kandang perdana mereka. Kekalahan ini juga menjadi yang kedelapan — tiga kali lebih banyak daripada klub lain.
- – Sejak ditunjuk pada 9 Januari, Potter membawa West Ham mencatat rekor terburuk di antara 17 tim yang terus-menerus bermain di Liga Premier sepanjang periode tersebut.
